Abstract :
(ABSTRAKSI) Penelitian ini mengkaji tentang strategi gerakan Hizbut Tahrir Indonesia dalam upaya
membangun gerakan sosial di Yogyakarta pada pasca reformasi tahun 1998-2010. Tema ini
dilatarbelakangi oleh geliat HTI di Yogyakarta dalam menginisiasi gerakan sosial dengan isu
sentral gerakannya yakni Khilafah Islamiyah. Ide mendirikan khilafah tersebut sangat kontroversial
di Indonesia, baik bagi umat Muslim terlebih lagi bagi non Muslim, karena khilafah dipandang
sebagai sesuatu yang utopis.
Penelitian ini menggunakan design studi kasus dengan lokus Propinsi Yogyakarta, karena
propinsi ini dikenal sebagai propinsi yang dinamis dan tempat lahirnya berbagai organisasi gerakan
Islam. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi HTI membangun
gerakan sosial di Yogyakarta yang dikerangkai dengan teori strategi membangun gerakan sosial.
HTI sebagai gerakan Islam sedang membangun gerakan sosial, Gerakan sosial menghendaki
aksi kolektif, dan HTI menuju pembangunan jaringan gerakan untuk menjadi aksi kolektif dalam
mencapai tujuannya untuk menegakkan institusi Khilafah Islamiyah. Untuk tercapainya cita-cita
membangun gerakan sosial yang akan memudahkan HTI untuk mencapai tujuan utamanya yakni
menegakkan kembali Khilafah Islamiyah, maka HTI menggunakan strategi sebagai berikut:
Pertama, membangun dan mobilisasi dukungan dengan tiga model. (a) Pola kaderisasi sebagai
bentuk yang informal untuk memperbanyak kadernya di internal. Model kaderisasinya ada dua
jenis, yakni secara terbuka (lisan dan tulisan) dan tertutup atau intensif. (b) Pola partisipan sebagai
bentuk formal. Pada pola ini, HTI hanya melakukan kerja sama dengan organisasi-organisasi
gerakan Islam sebagai bentuk adanya partisipasi organisasi lainnya terhadap gerakan HTI. (c)
Membangun jaringan gerakan kepada instansi pemerintah/swasta, serta organisasi lainnya. Kedua,
pembingkaian gerakan dengan idiom âkita- merekaâ sebagai bentuk pembangunan citra gerakan dan
pembingkaian prognostik. Dalam pembingkaian prognostik, HTI mengajukan Islam sebagai solusi
terhadap semua permasalahan dan menawarkan Khilafah Islamiyah sebagai suatu sistem bernegara.
Selain kedua strategi tersebut, HTI juga menggunakan kesempatan politik yang ada di Indonesia
terkhusus Yogyakarta yakni momen reformasi yang bermula dari jatuhnya Soeharto dan adanya
sistem demokrasi dalam sistem politik di Indonesia yang menyebabkan HTI bisa dengan leluasa
melaksanakan kedua strategi tersebut. Adapun gerakan sosial yang ingin dibentuk oleh HTI adalah
gerakan sosial revolusioner, karena gerakan tersebut melakukan perubahan secara total dalam
masyarakat yakni mendirikan Khilafah Islamiyah. (ABSTRACT) This study to examines the strategies of movement Hizbut Tahrir Indonesia in an effort to
build a social movements in Yogyakarta in 1998-2010. The theme is stimulated by stretching the
HTI in Yogyakarta in initiating a social movement with a central issue of the Khilafah Islamiyah
movement. The idea is highly controversial in Indonesia, because its viewed as a utopian.
This study uses a case study design with the locus of Yogyakarta Province, because the
province is known as a dynamic province and birthplace of the various organizations of Islamic
movements. The purpose of this study was to determine how the strategies HTI to build a social
movements in Yogyakarta are framed by theories of social movement building strategies.
HTI as a militant Islamic group is building a social movement, social movement requires
collective action, and timber movement towards building a network to be collective action to
enforce the Islamic Khilafah. To achieve the goal of building a social movement as a means to
achieve its main objective, then the timber using the following strategy: First, build and mobilize
support for the three models. (a) The pattern of regeneration as a form of informal to expand its
cadres in the internal. (b) The pattern of the participants as a form of formal cooperation with
organizations of Islamic movements as a form of participation in other organizations to the
movement of timber. (c) Build a network of movements to the government agency / private.
Second, the framing of movement with the idiom of 'us-them' as a form of image-building
movement and prognostic framing. In prognostic framing, HTI filed Islam as the solution to all
problems and offer Khilafah Islamiyah as a stateless system. In addition to these two strategies,
HTI also use the existing political opportunity in Indonesia Yogyakarta especially those reforms
that began the moment of the fall of Soeharto and the democratic system within the political system
in Indonesia that led to the HTI can freely implement both strategies.
As for the social movements who want to be formed by HTI is a revolutionary social
movement, because the movement to make changes in total community that is establishing the
Islamic Khilafah.