Abstract :
(ABSTRAKSI) Latar Belakang: Pada tahun 2004-2011, penderita herpes simpleks di Kecamatan
Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat
lebih dari 800% dan setiap tahun ditemukan penderita baru. Informasi tentang
herpes sangat terbatas, mendiskusikan herpes tidak populer di masyarakat.
Pengidap herpes merasakan rasa sakit yang membatasi aktivitas sehari-hari,
ketidaknyamanan saat berinteraksi sosial, dan gangguan psikologis yang
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Tujuan: Mengetahui persepsi orang yang hidup dengan herpes, masyarakat,
petugas kesehatan tentang penyakit herpes serta dampak infeksi herpes terhadap
kualitas hidup penderitanya; stigma dan dukungan sosial terhadap penderita
penyakit herpes; promosi kesehatan yang berkaitan dengan perilaku pencegahan
penularan penyakit herpes.
Metode: Penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi dengan total
sampel 11 orang. Analisis transkrip wawancara melalui proses pemberian kode
dan kategori, selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitianpenelitian
sebelumnya atau teori yang berkaitan.
Hasil: Persepsi pengidap herpes dan anggota keluarga meliputi persepsi
penyebab, kerentanan, keparahan, pengobatan penyakit, penularan penyakit,
manfaat dan hambatan melakukan tindakan pencegahan penularan penyakit
herpes dipengaruhi oleh kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Petugas kesehatan memandang penyakit herpes dari persepsi medis, tidak
memperhatikan aspek psikologis, dan memiliki kesulitan dalam menentukan
diagnosis. Penderita mengalami gangguan fisiologis dan psikologis (internalisasi
stigma). Penyakit herpes dikaitkan dengan aktivitas seksual yang dianggap tidak
sesuai dengan norma (stigmatisasi). Tidak ada stigmatisasi herpes oleh petugas.
Penderita mendapatkan simpati dan perhatian dari keluarga dan teman dekat.
Promosi kesehatan penyakit herpes belum pernah dilakukan.
Kesimpulan: Kegiatan promosi kesehatan melibatkan masyarakat, puskesmas
dan pemerintahan desa secara aktif akan mengatasi masalah penyakit herpes yang
menyerang penduduk. (ABSTRACT) Background: Between 2004-2011, the number of people with herpes in
Purwosari Sub-district, Gunung Kidul District, Daerah Istimewa Yogyakarta has
increased by more than 800% and every year new patients are discovered.
Information on herpes are limited, public discussion are unpopular. People with
herpes experience pain that limit their daily activities and causes discomfort in
social interaction, and psychological issues which affect life quality.
Objective: The study aim to analyze perception of the people living with herpes,
community, health workers toward herpes and the affect of herpes on quality of
life of individuals; health promotion in regard to herpes infection preventive
behavior.
Methods: The study was a qualitative research with phenomenology approach
with total sample of 11 subjects. Interviewâs transcript analysis through
codification and categorization, examined and compared to previous research or
other related theories.
Results: Perception of herpes patients and family members on the cause,
vulnerability, severity, treatment, contagious, benefit and barrier in preventing the
infection of herpes influenced by traditional believes passed down from
generation to generation. Health workers view herpes from medical perspectives,
have no attention to psychological aspects, and have difficulties in making
diagnosis. Patients experience physiological and psychological distress
(internalization stigma). Herpes was associated with sexual practices outside the
accepted norms (stigmatization). There were no stigmatizations of herpes among
health workers. Subjects received sympathy and attention from family and close
friends. Health promotion on herpes has never been conducted.
Conclusion: Health promotion involving community, health center, and village
government is expected to bring result in tackling herpes that is harming the
community.