DETAIL DOCUMENT
KESULITAN MEMPERSEPSI BUNYI UJARAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA ASING DI INDONESIA DAN PENYEBAB-PENYEBABNYA
Total View This Week57
Institusion
Universitas Gadjah Mada
Author

Subject
S3 Linguistik 
Datestamp
2019-07-16 00:00:00 
Abstract :
(ABSTRAKSI) Sekalipun sejumlah penelitian telah dilakukan secara meluas di berbagai negara di dunia untuk mengatasi kesulitan menyimak bahasa asing, persoalan listening masih tetap merupakan persoalan yang tidak mudah untuk diatasi dan memerlukan kajian-kajian yang lebih mendalam pada tataran mikro. Kajian tentang listening pada tataran demikian masih amat terbatas jumlahnya dan belum memberikan kontribusi yang signifikan. Penelitian ini dimaksud untuk mengkaji kesulitan-kesulitan memahami ujaran bahasa Inggris dilihat dari sudut pandang mikro, yakni dengan meneliti kemampuan para subjek penelitian mendeteksi elemen-elemen mikro bertekanan lemah (klitik) dan elemen-elemen bertekanan kuat (tonik) pada frasa intonasi yang diujikan. Untuk maksud ini telah dilakukan kajian yang komprehensif dengan menggunakan bantuan 3 instrumen penelitian yang meliputi: (1) TOEFL, (2) Tes Listening dalam dua versi, dan (3) tes kemampuan persepsi ujaran. Instrumen pertama, yakni TOEFL digunakan untuk mendapatkan sampel dengan level penguasaan bahasa yang berbeda-beda sehingga para subjek penelitian dapat dikelompokkan ke dalam kelompok skor yang dikehendaki, yakni A (31 -40), B (41 - 45), C (46 - 50), D (51 - 55), E (56 - 60), dan F (61- 68). Instrumen kedua, tes listening dengan dua versi dimaksud untuk mencari tahu perbedaan antara tes listening yang disertai traskrip bacaan dan listening yang tidak dilengkapi traskrip bacaan. Tes ini dimaksud untuk menguji apakah kesulitan listening itu semata-mata karena adanya keterbatasan kosakata atau terkait pula dengan keterbatasan kemampuan fonologi para subjek. Instrumen ketiga, Tes Persepsi Bunyi Ujaran, dilakukan dengan melihat seberapa akurat subjek mampu mempersepsi bunyi ujaran bahasa Inggris dengan benar. Untuk maksud ini, para subjek penelitian ditugasi mendengarkan delapan kalimat yang diucapkan penutur asli bahasa Inggris untuk menguji kemampuan para subjek mendeteksi enam elemen klitik dan tonik, dan dua elemen kombinasi klitik dan tonik yang membentuk connected speech. Saat mendengarkan, mereka diharuskan mencatat rangkaian kata atau kalimat yang dibacakan narator, termasuk jika subjek hanya mampu mendengar satu kata saja dalam kalimat yang ia dengarkan itu. Semua kalimat yang mereka catat dianalisis untuk dilihat apakah di dalam kalimat yang dicatatnya itu terdapat mispersepsi pada elemen-elemem yang diteliti seperti onset, middle tonic, dan main tonic (elemen tonik) dan proclitic, interval tonic, dan enclitic (elemen klitik). Mispersepsi yang terjadi menunjukkan kesulitan yang dialami subjek dalam memahami ujaran yang ia dengarkan. Untuk memudahkan melihat bagian yang mengalami kesalahan persepsi, digunakan analisis persepsi model Cauldwell (2002) dilengkapi dengan spektogram. Setelah mispersepsi dapat diidentifikasi, analisis fonetik dan fonologi dilakukan untuk menjelaskan penyebab terjadinya mispersepsi. Dari mispersepsi-mispersepsi elemen terlihat bahwa semakin banyak mispersepsi yang terjadi semakin sulit ujaran itu dipahami maknanya. Sebaliknya semakin sedikit mispersepsi terjadi semakin mudah dimengerti makna ujaran yang didengar subjek. Proposisi ini sekaligus menjelaskan bahwa kesulitan-kesulitan memahami ujaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia sangat dipengaruhi oleh ketidakmampuan fonologi para subjek dalam hal mendeteksi secara akurat elemen-elemen frasa intonasi beretkanan lemah (klitik), elemen bertekanan kuat (tonik), dan kombinasi elemen klitik dan tonik yang membentuk connected speech (ABSTRACT) Though there have been a quite number of research studies conducted worldwide to overcome the difficulty of listening to a foreign language, the difficulty still remains the same and hence a deeper examination on the micro level is called for. This research was intended to investigate problems of listening to English speech sound seen from micro level perspective, namely by researching the ability of the subjects to detect clitics and tonics of the intonation phrases being tested to them. In so doing, a comprehensive research using 3 research instruments was conducted, including: (1) TOEFL, (2) Listening test in two versions, and (3) Speech Perception Test. The first instrument, namely TOEFL was used to discriminate their language proficiency levels so that all the selected subjects could be grouped into the projected range of score, namely A (31 - 40), B (41 - 45), C (46 - 50), D (51 - 55), E (56 - 60), and F (61- 68). The second instrument, listening test with two versions was meant to find out the different result between listening to a narration with its transcript on it and to a narration without any transcript on the text. This test was intended to find out whether the problem of listening was barely due to the lack of vocabulary or was closely related to the insufficient knowledge of phonology among  

Institution Info

Universitas Gadjah Mada