DETAIL DOCUMENT
KONFLIK TANAH ANTARA TNI AU DENGAN MASYARAKAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KETAHANAN WILAYAH (Studi di Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Total View This Week44
Institusion
Universitas Gadjah Mada
Author

Subject
S2 Ketahanan Nasional 
Datestamp
2019-07-16 00:00:00 
Abstract :
(ABSTRAKSI) Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) penyebab munculnya konflik tanah antara TNI AU dengan masyarakat di desa Sukamulya, 2) implikasi konflik tanah antara TNI AU dengan masyarakat Kecamatan Rumpin terhadap ketahanan wilayah di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin, Bogor. Teknik pengumpulan data menggunakan: pengamatan, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Informasi penelitian terdiri dari: masyarakat, TNI AU, BPN maupun Pemda Bogor. Dokumentasi didapatkan dari: BPN, TNI AU, Kecamatan Rumpin maupun masyarakat. Teknik analisis data menggunakan metode interaktif, di mana prosedur analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yakni: reduksi data, display data/penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: konflik tanah yang terjadi di Desa Sukamulya sudah berlangsung lama, akan tetapi baru pecah konflik terbuka pada era setelah reformasi. Seiring meningkatnya kebutuhan TNI AU akan lahan, maka upaya untuk mengambil lahan yang didigunakan oleh masyarakat semakin menguat mulai tahun 2000-an. Pihak TNI AU membutuhkan lahan untuk membangun markas pasukan Paskhas Bravo dan pembangunan water training. Muncul konflik terbuka karena para pihak merasa benar dengan pendiriannya. Upaya penyelesaian konflik ini sudah ditempuh melalui jalur hukum dan dinyatakan bahwa TNI AU berhak atas tanah yang dikonflikkan. Faktor utama penyebab konflik adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat. Masyarakat yang selama ini menempati lahan tersebut kehilangan mata pencaharian yang telah lama mereka kerjakan, sehingga harus mencari lahan yang lain. Implikasi dari aspek kependudukan karena adanya penduduk yang dipindahkan atau digusur dari lahan yang disengketakan. Implikasi aspek sosial, telah terjadi kristalisasi massa menjadi perkumpulan-perkumpulan yang berpotensi menyulut konflik. Implikasi aspek ekonomi adalah sebagian masyarakat tidak dapat bekerja secara lancar karena adanya konflik. Implikasi aspek pertahanan dan keamanan adalah tertundanya agenda TNI AU untuk memperkuat armada/fasilitas dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsinya menjadi terkendala dan belum terlaksana. (ABSTRACT) The aims which are answer in this research: 1) which cause the land conflic between Indonesia Air Force and society in Sukamulya village, 2) how was the implication of the land conflicbetween Indonesia Air Force and Rumpin society toward the regional resilience of BogorRegency. This research was done in Sukamulya village, Rumpin district of Bogor. The data collection technique using: observation, interview, documentation, and literature study. The informants are: society, Indonesian Air Force, BPN (National Resilience Department), and Bogor local government. The documentation is getting from: BPN (National Resilience Department), Indonesian Air Force, Rumpin district and society. The data analysis technique used interactive method, where the data analysis procedure consisted of three activities at the same time. They are: data reduction, data display, and conclusion/ verification. Based on the analysis result, it could be concluded that: the land dispute in Sukamulya village happened for a long time, but the conflict opened in the reformation era. Together with the increasing of Indonesian Air Force needs about land, the effort to take the land which is used by society increased starting in year of 2000. The Indonesian Air Force needed land to build the base camp of Paskhas Bravo troops and to build water training. From here, the open conflict aroused because all parties argued that they are right. The effort to solve this conflict has been done by legal and said that Indonesian Air Force reserved the right on the disputing land. The main factor of this conflict was the fulfillment of society needs. They who lived in that land will lose their job which they did for a long time and need to look for new land. The implication for the population aspect was because the society who were moved and evicted from the disputing land. For the social implication, there was mass crystallization to be associations which potentially caused conflict. The economical aspect implication was some society could not work well because of the conflict. The implication of defense and security was the delay of Indonesian Air Force agenda to strengthen the facility to run the main duty and function. It was hampered and could not be run up.. 

Institution Info

Universitas Gadjah Mada