DETAIL DOCUMENT
Mengagungkan Kembali Seni Pertunjukan Tradisi Keraton: Politik Kebudayaan Jawa Surakarta, 1950an-1990an
Total View This Week39
Institusion
Universitas Gadjah Mada
Author

Subject
S3 Sejarah 
Datestamp
2019-07-16 00:00:00 
Abstract :
(ABSTRAKSI) Disertasi dengan judul Mengagungkan Kembali Seni Pertunjukan Tradisi Keraton: Politik Kebudayaan Jawa Surakarta, 1950an-1990an membahas tentang langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh negara dan masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Jawa Surakarta dalam periode 1950an-1990an. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode sejarah dan menggunakan beberapa konsep tentang pengembangan kebudayaan yang dikemukakan oleh Ignas Kleden, C.A. van Peursen, dan Roy Wagner. Pembangunan kebudayaan Indonesia dijadikan sebagai momentum untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Jawa Surakarta. Upaya-upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan Jawa Surakarta dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga kebudayaan di Surakarta, yaitu Konservatori Karawitan Indonesia (Kokar), Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI), dan Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT). Upaya-upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan Jawa Surakarta juga dilakukan dengan penyebarluasan kebudayaan Jawa Surakarta melalui siaran-siaran Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta, rekaman-rekaman musik dan teater Jawa Tengah produksi Lokananta, penerbitan berbahasa Jawa, dan panggung pertunjukan wayang wong Sriwedari. Penegakan eksistensi Surakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa menjadi lengkap ketika Kasunanan dan Mangkunagaran juga berupaya untuk menegakkan eksistensinya sebagai pusat kebudayaan Jawa pada masa Indonesia merdeka. Politik kebudayaan Jawa Surakarta pascaproklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dipahami dalam dua hal, yaitu revivalisme (kebangkitan kembali) kebudayaan Jawa dan upaya untuk menjadikan Surakarta sebagai pelopor dalam kebudayaan Jawa. Penelitian ini berhasil menemukan dua karakteristik umum politik kebudayaan Jawa Surakarta. Pertama, pemanfaatan seni keraton sebagai sarana untuk membangun kebudayaan Jawa Surakarta. Kedua, lembaga-lembaga kebudayaan Jawa di Surakarta dan keraton bersinergi dalam melakukan upaya-upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan Jawa Surakarta. Disertasi ini dapat menambah kekayaan khazanah historiografi Surakarta, khususnya dalam tema sejarah kebudayaan. (ABSTRACT) The dissertation entitled, "Revitalizing the Performing Arts of Palace Tradition: Javanese Cultural Politics of Surakarta, 1950s-1990s" discusses the strategic measures undertaken by the state and society to preserve and develop Javanese culture of Surakarta in the 1950s-1990s period. This research was done by using historical methods and the concepts of development of culture by Ignas Kleden, C.A. van Peursen, and Roy Wagner. The development of Indonesian culture served as a momentum to preserve and develop the Javanese culture of Surakarta. The conservation efforts and development of Javanese culture of Surakarta were done with the establishment of cultural institutions in Surakarta, namely Conservatory of Karawitan Indonesia (Kokar), Art Academy of Karawitan Indonesia (ASKI), Art Center of Central Java (PKJT). The efforts of preservation and development of Javanese culture of Surakarta were also done with the dissemination of Javanese culture of Surakarta through the broadcasts of Radio of Republic of Indonesia (RRI) Surakarta, the production of Lokananta recordings of music and theater of Central Java, Javanese language publication, and stage performances of wayang wong Sriwedari. The enforcement of the existence of Surakarta as the cultural center of Java was completed when Kasunanan and Mangkunagaran also sought to establish their existence as a cultural center of Java at the time of Indonesia's independence. Javanese cultural politics of Surakarta at post-proclamation of Indonesia independence could be understood in two cases, namely the revivalism of Javanese culture and the efforts of supporting Surakarta as the pioneer of Javanese culture. This research found two common characteristics of Javanese political culture of Surakarta. First, the arts were used as a means to build a palace of Surakarta Javanese culture. Second, the institutions of Javanese culture and the palace in Surakarta were in synergy doing the conservation efforts and development of Surakarta Javanese culture. This disertation can add the richness of historiography of Surakarta, especially in the theme of history of culture. 

Institution Info

Universitas Gadjah Mada