DETAIL DOCUMENT
INFORMAL POLITIC DALAM PEMILUKADA (STUDI KASUS TERHADAP PERAN AKTOR LOKAL DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH TAHUN 2015 DI KABUPATEN BANGKA-SELATAN)
Total View This Week2
Institusion
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Author
AGAM PRIMADI
Subject
 
Datestamp
2022-02-16 07:26:06 
Abstract :
Pergeseran dari sentralisasi ke desentralisasi memberikan pengaruh relatif signifikan terhadap perkembangan politik lokal. Sulit dibantah telah terjadi kebangkitan politik lokal dengan berkembangnya jumlah aktor yang ikut berperan dalam menentukan kebijakan publik, baik di level pusat maupun daerah. Keterlibatan aktor lokal tidak hanya dalam pada level kebijakan. Lebih dari itu, aktor lokal juga menjadi penentu kemenangan salah satu kandidat yang akan bertarung dalam perhelatan akbar pesta demokrasi. Konteks pemilukada Bangka Selatan juga tidak terlepas dari berpartisipasinya para aktor aktor informal politic. Dengan modalitas yang dimilikinya, aktor lokal merupakan salah satu orang yang diharpakan bisa memberikan dukungan penuh atau pendulang suara. Penelitian ini mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (depth interview) dengan beberapa responden yaitu; Tim sukses, pimpinan lembaga swadaya masyarakat. Selain wawancara, penelitian ini juga menggunakan teknik shadowing, yang dimana peneliti mengikuti langsung beberapa agenda kegiatan tim pemenangan dan pasangan calon. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa relasi jaringan yang dibangun oleh masing-masing kandidat dengan para aktor politik di tingkat lokal memberikan peran penting dalam keberhasilannya meraih dukungan massa dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bangka Selatan. Hadirnya para aktor-aktor politik ditingkat lokal memberikan warna tersendiri dalam dinamika perpolitikan menjelang Pemilukada 9 Desember. Serta dukungan dukungan politik yang diberikan oleh para aktor lokal juga bervariatif. Misalnya, untuk kalangan pengusaha lebih mengedapankan modalitas ekonomi yang dimilikinya berupa finansial/keuangan. Sedangkan Lembaga Swadaya Masyarakat memiliki cara tersendiri dengan mengerahkan mobilisasi masa untuk mendulang dukungan terhadap kandidat yang dijagokannya. Sementara itu, ulama kampung lebih mengandalkan modalitas simbolik sebagai kekuataan mempengaruhi konstituen. Bentuk kontribusi yang diberikan ulama kampung terhadap kandidat adalah menjadi penghubung atau perantara (agen) antara masyarakat dengan kandidat. Silaturahmi sebagai modal tidak hanya dibentuk oleh tradisi kultural yang menekankan pada kedekatan hubungan personal dan ikatan-ikatan emosional, tetapi juga dimanfaatkan sebagai wadah untuk berdiskusi dan mendengarkan aspriasi dari konstituen. Dengan demikian, keberhasilan kandidat dalam Pemilukada tidak terlepas dari peran aktor aktor politik non formal dan jaringan jaringan yang dibentuknya. Kata kunci : Informal politic, Pemilukada, Aktor lokal 
Institution Info

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta