Abstract :
Studi ini berusaha mengungkap konstruksi kritik sosial kenaikan harga BBM dalam karikatur yang dimuat di surat kabar Kompas Edisi Mei 2008. Karikatur editorial ini dihadirkan sebagai opini redaksi dalam kolom Oom Pasikom. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap makna tanda dan simbol terhadap berita kenaikan harga BBM yang dikemas dalam karikatur. Kerangka teori dalam penelitian ini melihat komunikasi sebagai proses produksi pesan dan makna dan bagaimana konstruksi media yang dibangun Kompas melalui berita kenaikan harga BBM dituangkan dalam bentuk karikatur karya GM Sudarta sebagai media kritik sosial dalam masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika yaitu dengan menggunakan pendekatan Charles Sanders Peirce yang menggunakan elemen makna (tanda, interpretant, dan objek). Peirce membagi hubungan antara tanda dan acuannya menjadi tiga bagian, yaitu: ikon, indeks, dan simbol. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa konstruksi kritik sosial yang muncul merupakan salah satu bentuk pola pikir masyarakat yang memberikan sebuah stereotype negatif terhadap keputusan pemerintah. Karikatur yang dihadirkan secara kritis menentang kebijakan kenaikan harga BBM yang dirasa tidak menunjukkan pada perbaikan ekonomi, tetapi justru semakin membuat rakyat menderita. Hal tersebut menimbulkan berbagai aksi dan sikap penolakan dalam masyarakat. Sedangkan, ideologi yang berusaha disampaikan adalah bahwa pemerintah mempunyai kekuatan dan kekuasaan besar dalam mengambil suatu keputusan. Kompas sebagai media yang mendasari karikatur Oom Pasikom lebih menggambarkan realitas yang terjadi sesuai fakta dan tidak memihak (netral), karena lebih berfikir dari segi pemeliharaan pasar (pembaca), walaupun tanpa mengabaikan fungsinya sebagai media pembawa kepentingan rakyat.