Abstract :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena kehidupan masyarakat
Indonesia, khususnya para remaja yang saat ini banyak sekali mengikuti budaya
barat dengan gaya kehidupan bebas, gaya berpacaran yang menjurus ke arah
seksual sering terjadi pada remaja saat ini, bahkan melakukan hubungan seksual
tanpa adanya ikatan pernikahan sudah tidak asing lagi terjadi.
Kini mulai tercermin di dalam perfilman Indonesia yang mulai banyak di
bumbui oleh adegan dengan lawan jenis yang terkadang terlalu berlebihan bahkan
kadang sangat vulgar. Film Virgin 2 (bukan film porno), termasuk salah satu film
Indonesia yang booming, tetapi setelah ditonton oleh masyarakat, banyak yang
berpendapat bahwa film ini mengecewakan karena alur ceritanya yang
membingungkan, selain itu banyak sekali adegan vulgar yang menjurus ke arah
pornografiseksual dan kekerasan seksual yang tidak sesuai dengan judul filmnya
dan sebenarnya tidak diperlukan, karena adegan seperti itu hanya akan merusak
moral dan akan memberikan citra yang buruk bagi bangsa Indonesia. Berkaitan
dengan hal tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
representasi kekerasan seksual yang terdapat dalam film Virgin 2 ini..
Teori yang digunakan berdasarkan kekerasan seksual yang ditampilkan di
dalam film Virgin 2 ini, kekerasan yang ditampilkan dalam film ini bentuknya
tampak dan bersifat verbal. Namun pada umumnya kekerasan merupakan suatu
tindakan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat merugikan orang
lain.
Penelitian menggunakan metode kualitatif yang dikemukan oleh John
Fiske, melalui level realitas dan level representasi yaitu dengan teknik
dokumentasi mengamati secara langsung keseluruhan tanda dan lambang yang
terdapat dalam film tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, kekerasan seksual dapat terjadi apabila
manusia dipengaruhi sedemikian rupa ( dengan berbagai cara baik verbal maupun
non verbal ) sehingga jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi
potensialnya, yaitu faktor dorongan dalam diri yang tidak dapat terkendali, namun
faktor lingkungan sekitar juga dapat memberikan pengaruh kepada seseorang
dalam melakukan suatu tindakan, baik itu tindakan negatif maupun tindakan yang
positif.