Institusion
Universitas Kristen Duta Wacana
Author
01140046, Samuel Barcley August Barus
Subject
B Philosophy (General)
Datestamp
2021-06-11 04:05:06
Abstract :
Keprihatinan terhadap kemanusiaan adalah bagian dari teologi kontekstual yang berfokus pada
kehidupan manusia. Hal ini telah dikaji oleh René Girard dan memberikan sebuah dampak yang
besar terhadap keprihatinan manusia. Girard telah melihat peradaban manusia dibangun atas
peristiwa korbani dan kekerasan yang mengakibatkan manusia kecanduan terhadapnya.
Kecanduan tersebut berlanjut tidak lain disebabkan oleh ketidaksadaran manusia dalam
melakukan kekerasan dan ketidaksadaran orang yang menerima kekerasan. Kekerasan dapat
menindas dan memusnahkan orang yang terkena olehnya maupun yang berada di sekitarnya
sehingga manusia akan tampak seperti boneka yang dikendalikan oleh ?roh? tertentu untuk
mengulang kembali peristiwa korbani dan kekerasan tersebut. Teori Girard telah membuka
banyak pintu untuk menelusuri akar dari kekerasan tersebut. Selain menyentuh bidang etnologi,
Girard juga telah menggetarkan ?dunia? teologi untuk memberikan perhatian khusus terhadap
keprihatinan tersebut. Selain telah merambat ke ?dunia? teologi, ternyata di Indonesia
keprihatinan tersebut muncul dalam pembahasan teologi sebagai isu-isu aktual yang sedang
dihadapi oleh manusia. Beberapa ahli di Indonesia telah menggunakan lensa Girard sebagai
respons terhadap isu-isu yang berkaitan dengan maraknya kekerasan terjadi baik secara individu
maupun komunal. Para ahli seperti J.B. Banawiratma, Daniel K. Listijabudi, Emanuel Gerrit
Singgih dan Sindhunata yang berasal dari Indonesia telah membahas Girard dan memberikan
respons terhadap keprihatinan akan kekerasan yang sedang marak terjadi. Pembahasan mereka
terhadap Girard semakin memperlihatkan bahwa ide Girard masih relevan dan bahkan
berkembang dalam dunia akademis sebagaimana berkembangnya kehidupan manusia itu sendiri.
Sebagai orang Kristen kekerasan adalah hal yang sangat bertentangan dengan kasih tetapi
kenyataannya teks Alkitabpun banyak mengandung kekerasan. Jika tidak membuka mata
terhadap hal tersebut, kesadaran akan ?roh? kekerasan itu tidak akan pernah terjadi dan seperti
sebelumnya kekerasan akan menerkam manusia seperti tumor yang terus berkembang untuk
menghabisi tubuh manusia. Oleh sebab itu penulis hendak berkontribusi untuk memberikan
sebuah respon terhadap keprihatinan ini dengan menggunakan kembali lensa Girard dalam menafsir teks Alkitab yang bermuatan kekerasan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh para teolog di Indonesia tersebut, menafsir teks yang bermuatan kekerasan bukan berarti sebuah
upaya untuk membangun paradigma bahwa kekristenan mendukung kekerasan melainkan untuk
membuktikan dan menemukan makna bagaimana pengalaman akan penulis Alkitab tersebut
dapat memberikan kesadaran iman dan intelektual dalam membongkar kekerasan. Girard telah
bersusah payah meneliti dan mengkaji teks Alkitab yang menelanjangi kekerasan. Dengan
begitu proses penelanjangan kekerasan tersebut adalah momen penting bagi penulis untuk
melihat kembali serta mendalami akar dari kekerasan agar tidak terlanjur berkembang menjadi
sebuah dampak yang merugikan. Maka dari itu penulis bukan lagi memakai Girard sebagai
sebuah teori yang informatif melainkan sebagai sebuah lensa atau perspektif yang melibatkan
pengalaman langsung baik dalam membaca teks Alkitab serta pengalaman kehidupan manusia
masa kini. Adapun teks yang dipilih adalah Kejadian 37 yang menurut penulis mengandung
hasrat serta berbagai pola kekerasan atau korban. Girard sendiri telah melakukan penafsiran
terhadap narasi yang berpusat pada Yusuf. Namun, penulis ingin memperlihatkan suatu
penafsiran yang lebih komprehensif dan lebih lengkap. Agar semakin baik, penulis tidak hanya
mengangkat kekerasan dan korban dari sudut pandang Girard melainkan memperkaya teori
besar itu dengan sudut pandang beberapa ahli tersebut.