Abstract :
Indonesia memiliki potensi hasil perikanan yang melimpah sepanjang tahun. Tahun 2017, hasil perikanan laut mencapai 7,67 juta ton, perikanan budidaya mencapai 16,1 juta ton, dan laju konsumsi ikan mencapai 46,49 kg/kapita/tahun. Sisik ikan sebagai limbah perikanan memiliki kandungan protein sebesar 27% dan 10-60% dari protein tersebut berupa kolagen. Kolagen termasuk protein struktural terbesar pada mamalia, mencapai 30% dari total protein. Kolagen berfungsi memberikan kekuatan dan fleksibilitas pada jaringan kulit, tendon, dan tulang manusia. Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung papain dan chymopapain, yang berfungsi memecah protein menjadi peptida dan asam amino. Enzim ini dapat digunakan untuk pengobatan luka pada kulit dan bersifat antimikrobial. Vitamin C yang terkandung pada daun pepaya berperan sebagai ko-faktor untuk penyusunan kolagen. Dalam penelitian ini, ekstraksi kolagen limbah sisik ikan digunakan metode maserasi dengan mencampurkan pelarut CH3COOH 0,5 M dan ekstrak daun pepaya. Terdapat 5 variasi perlakuan, yaitu penambahan ekstrak daun pepaya 0% (kontrol/ASC), 5%, 10%, 15%, dan 20%. Ekstraksi kolagen dilanjutkan dengan purifikasi, liofilisasi, karakterisasi dan pengujian kualitas. Kolagen hasil ekstraksi dengan penambahan ekstrak daun pepaya 5% dipilih untuk digunakan pada uji preklinis berdasarkan ketebalan pita kolagen yang muncul pada gel poliakrilamid. Serum kolagen dibuat dengan mencampurkan kolagen dan serum base dalam konsentrasi 5 mg/ml, 10 mg/ml, dan 20 mg/ml. Pengujian serum kolagen pada tikus jantan galur Wistar menggunakan 6 kelompok percobaan dengan pengulangan 4 ekor tikus. Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis luka selama 10 hari, konsentrasi serum kolagen 10 mg/ml memiliki kemampuan untuk mengurangi ukuran luka lebih baik sebesar 68,3% dibandingkan dengan kelompok lainnya.