Abstract :
Toraja Utara merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang mempunyai daya tarik wisata terutama wisata mengenai kegiatan adat istiadatnya. Kegiatan adat masyarakat Toraja tidak bisa dipisahkan dari hewan kerbau sebagai salah satu syarat untuk menjalankan ritual adat. Hewan kerbau bagi masyarakat Toraja mempunyai makna tersendiri yaitu kesejahteraan sekaligus kekayaan, lambang kekuatan dan status sosial bagi pemiliknya di mata masyarakat. Adanya kebutuhan hewan Kerbau belang untuk keperluan adat mengakibatkan besarnya jumlah kerbau yang di potong untuk kebutuhan upacara adat setiap tahunnya, sehingga menyebabkan penurunana populasi karena adanya ketidak seimbangan antara pemotongan kerbau dan jumlah angka kelahiran yang masih belum dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat akan ketersediaan kerbau belang untuk kebutuhan upacara adat. Oleh karena itu, di perlukan sebuah Pusat Peternakan khusus untuk Hewan endemik kerbau belang yang dapat mewadahi kegiatan peternakan sehingga memudahkan peternak dalam pengembangan & perawatan hewan ternak sehingga menghasilkan hewan yang sehat dan memenuhi standar higenis. Selain itu fasilitas peternakan juga terintegrasi dengan fasilitas Penjualan bagi UMKM sekitar yang masih berkaitan dengan peternakan sehingga menaikan taraf ekonomi masyarakat sekitar, selain itu terdapat fasilitas edukasi yang berfungsi sebagai wadah untuk mengedukasi wisatawan dalam hal pengembangan dan pemeliharaan kerbau belang. Perancangan menggunakan pendekatan ekologi yang berfokus pada empat poin utama yaitu Efisiensi Energi berupa desain atap & desain fasad menggunakan material lokal berkelanjutan, serta penerapan desain pasif pada bangunan, Efisiensi Air berupa pemanfaatan kembali air bekas limbah ternak dan penerapan kolam pada lanskap sebagai area penampungan air hujan, Konstruksi Bangunan berupa penggunaan material alam sekitar yang kontruksinya sesuai dengan kondisi lingkungan Tropis, dan Layout Sirkulasi berupa penataan bentuk dan struktur bangunan yang meminimalkan intervensi terhadap lingkungan site dengan penataan sirkulasi antara manusia dan hewan sehingga menciptakan habitat interaksi yang baik dalam bangunan. Pada keempat poin tersebut membuat fasilitas bukan semata-mata hanya sebagai fasilitas peternakan yang mewadahi aktivitas beternak saja, tetapi juga menjadi area untuk edukasi bagi pengunjung dengan memanfaatkan kondisi alam sekitar sebagai area interaksi antara manusia, hewan dan alam memalui penerapan arsitektur ekologi.