Abstract :
Sutarjo. 2010. Strategi Pembelajaran Guru Sejarah Untuk Mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanjung Kabupaten Brebes
Tahun Ajaran 2009/2010. Sarjana Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang. Skripsi,
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. AT. Soegito,
SH.M.M dan Drs. YYFR. Sunardjan, MS. 142h.
Kata kunci: strategi pembelajaran, kriteria ketuntasan minimal
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus menerus berusaha meningkatkan kualitas
pendidikan. Kreatifitas guru dalam upaya mencari sarana dan prasarana penunjang pelajaran
sejarah sesuai dengan tujuan pengajaran yang diharapkan terasa masih kurang dan nampak
kurang variatif dalam penyajian materi. Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM) sebagai strategi pembelajaran yang sesuai untuk mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) mata pelajaran Sejarah, karena melalui SPBM siswa aktif berfikir, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan permasalahan yang ada dalam materi yang
dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (SPBM) yang digunakan Guru Sejarah dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) mata pelajaran sejarah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang ditempuh dalam dua
siklus. Setiap siklus terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 1
Tanjung Kabupaten Brebes yang terdiri dari 45 siswa pada tahun pelajaran 2009/2010.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM) yang digunakan Guru Sejarah dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
mata pelajaran sejarah pada Siswa SMA Negeri 1 Tanjung Kabupaten Brebes tahun ajaran
2009/2010. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya presentase ketuntasan dari kondisi
prasiklus dengan presentase ketuntasan 28,89% meningkat pada siklus I menjadi 44,44% dan
meningkat pada siklus II menjadi 77,78%.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Pembelajaran berbasis
masalah dapat digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih dititik beratkan dalam melatih
berfikir induktif dan analisis (berbasis masalah), (2) Guru harus terlebih dahulu memahami
kondisi kelas agar pembelajaran berbasis masalah dikelas berjalan efektif, (3) Guru sebagai
fasilitator hendaknya menerapkan program yang terencana untuk mengintensifkan siswa, agar
terkondisi dalam situasi kelompok.