DETAIL DOCUMENT
POLA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DAN LAKI-LAKI SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA GURU (Studi kasus di SMA Negeri 12 Semarang dan SMA Negeri 5 Semarang)
Total View This Week0
Institusion
Universitas Negeri Semarang
Author
Melisa Fitriyani , 3501406538
Subject
H Social Sciences (General) 
Datestamp
2011-11-27 09:13:08 
Abstract :
SARI Fitriyani, Melisa. 2010. Pola Kepemimpinan Perempuan Sebagai Kepala Sekolah Dan Laki-lakiSebagai Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Guru. Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I, Dr. Tri Marhaeni Puji Astuti, M.Hum. Pembimbing II Drs. Eko Handoyo, M.Si. Kata Kunci: Kepemimpinan, Perempuan dan Laki-laki, Motivasi kerja guru Kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolahpada sekarang ini lebihsedikit dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini karena dahulu perempuan masih sedikit yang meraih jenjang pendidikan sampai perguruan tinggi. Setiap kepala sekolah dalam mewujudkan visi dan misi sekolah yang dipimpinnya perlu meningkatkan kualitas guru dengan memberikan motivasiuntuk meningkatkan kerjanya. Pola kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah maupun laki-laki sebagaikepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru memiliki caranya sendiri, karena karakteristik yang melekat pada laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh konsep gender dan hal ini dapat berpengaruh pada pola kepemimpinannya. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimana pola kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru?, (2) bagaimana pola kepemimpinan laki-laki sebagai kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru?, (3) bagaimanakah perbedaan pola kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah dan laki-lakisebagai kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru?. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendiskripsikan pola kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru, (2) mendiskripsikan pola kepemimpinan laki-laki sebagai kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru, (3) mendiskripsikan perbedaan pola kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah dan ?laki sebagaikepala sekolah laki dalam meningkatkan motivasi kerja guru. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, di mana penulis menggambarkan keadaan atau fenomena yang diperoleh kemudian menganalisisnya dengan bentuk-bentuk kata untuk memperoleh kesimpulan. Subjek penelitian adalah perempuan sebagai kepala sekolah di SMA Negeri 12 dan laki-laki sebagai kepala sekolah di SMA Negeri 5 Semarang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan, pola kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah di SMA Negeri 12 Semarang dalam meningkatkan motivasi kerja guru berorientasi pada gaya kepemimpinan dimensi perilaku tugas (Task dimension). Stereotip gender tentang perempuan dianggap berkiprah dalam sektor domestik, membuat mereka terbiasa melakukan dengan tepat waktu akan tugas dan tanggung jawab yang diemban. Sedangkan pola kepemimpinan laki-laki sebagai kepala sekolah SMA Negeri 5 Semarang dalam meningkatkan motivasi kerja guru berorientasi pada gaya kepemimpinan dimensi perilaku hubungan (Relationship dimension). Stereotip gender tentang laki-laki dalam sektor publik, membiasakan laki-laki akan dunia luar dengan banyaknya teman-teman di tempat kerjanya. Hal ini berpengaruh pada pola kepemimpinannya yang menggunakan metode kedekatan, agar bawahannya menjadi terbuka kepada atasan, sehingga muncul rasa diterima dan diakui dari bawahan dan terbuka pada pemimpin akan hambatan yang mereka rasakan untuk meningkatkan kerjanya. Perbedaan pola kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah dan laki-laki sebagai kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru, terdapat pada gaya kepemimpinannya yang dipengaruhi oleh stereotip gender dalam masyarakat. Dalam gaya kepemimpinan kepala sekolah yang ada, maka pola kepemimpinan yang berorientasi tugas (Task dimension) adalah yang paling tepat dalam meningkatkan motivasi kerja guru. Sebab di sini kepala sekolah SMA Negeri 12 Semarang memberikan bantuan, arahan, momongan, pengawasan pada dan batas waktu disetiap tugas yang menjadi tanggung jawab guru, agar guru dapat terbiasa dengan kedisiplinan. Hal ini akan membuat para guru dapat termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Sedangkan pada gaya kepemimpinan dimensi perilaku hubungan (Relationship dimension) yang dilakukan kepala sekolah di SMA Negeri 5 Semarang mengutamakan kedekatan, sehingga keutamaan dalam memotivasi kerja guru kurang di nomor satukan, walaupun motivasi sampai kepada guru secara tepat untuk meningkatkan motivasi kerjanya namun penerapannya kurang berjalan dengan cepat. Saran yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) bagi kepala sekolah dalam pola kepemimpinan untuk meningkatkan motivasi kerja guru, diharapkan bisa dengan penuh kesabaran dan lebih memahami apa yang diinginkan bawahan karena pada dasarnya kepribadian setiap orang berbeda-beda oleh karena itulah kepala sekolah harus mampu melakukan pendekatan secara individual pada semua bawahannya untuk memotivasi kerja guru dan meningkatkan mutu pembelajaran; 2) bagi guru hendaknya dapat bekerja sama dengan para warga sekolah, deng 

Institution Info

Universitas Negeri Semarang