Institusion
Universitas Islam Bandung
Author
Erni Sumartini, Imas
Subject
Studi Paparan ,Pemanis Buatan Aspartam,Siswa/i SMP Negeri 1 Cimaung,Metode Food Frequency Questionnaire
Datestamp
2015-07-01 07:19:39
Abstract :
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan, serta
perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin maju ditambah lagi terbukanya
dunia perdagangan baik domestik maupun antar negara membawa dampak pada
pertumbuhan industri pangan di Indonesia yang terus meningkat, baik industri
besar, industri menengah maupun industri kecil.
Industri minuman ringan lebih menyukai menggunakan pemanis sintesis
karena selain harganya relatif murah, tingkat kemanisan pemanis jauh lebih
tinggi dari pemanis alami. Industri pangan dituntut untuk mampu memproduksi
pangan yang dapat memenuhi permintaan dan keinginan konsumen.
Hal tersebut berdampak pada meningkatnya penggunaan bahan tambahan
pangan (BTP) dalam pengolahan pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan agar menghasilkan pangan yang bermutu, mempunyai stabilitas yang
baik dan meningkatkan daya terima konsumen.
Pemanis buatan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat
menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Pemanis
buatan yang telah dikenal dan banyak digunakan adalah sakarin dan siklamat.
Pedagang kecil dan industri rumahan seringkali menggunakan pemanis buatan
karena dapat menghemat biaya produksi (Hadju, 2012 : 3).
Aspartam adalah BTP pemanis non nutritif yang banyak digunakan di
berbagai pangan olahan baik makanan maupun minuman sebagai alternatif
pengganti gula, terutama pada minuman ringan, makanan pencuci mulut,
permen karet, permen, yoghurt, produk pengontrol berat badan dan sebagai
table top sweetener. Dengan tingkat kemanisan yang mendekati 200 kali lebih
manis dari pada sukrosa maka penambahannya pada pangan olahan sangat
sedikit dan juga mempunyai nilai kalori yang lebih rendah dibandingkan
sukrosa. Pemanis non nutritif biasanya disebut juga pengganti gula atau pemanis
buatan yang menghasilkan energi dan kalori serta tidak mempengaruhi kadar
gula darah (Bararah, 2008 : 22).
Studi paparan BTP merupakan salah satu penerapan dari analisis risiko
yaitu merupakan bagian dari penilaian risiko (risk assessment). Penilaian risiko
dilakukan untuk menjamin bahwa paparan BTP dari semua sumber pangan tidak
melebihi ambang batas amannya yaitu nilai ADI (Acceptable Daily Intake) dari
masing-masing senyawa BTP. Nilai ADI adalah perkiraan asupan BTP yang
dapat dikonsumsi oleh manusia setiap hari sepanjang hidupnya tanpa
menimbulkan risiko terhadap kesehatan (JECFA, 1989).
Pada penelitian kali ini akan dilakukan studi paparan BTP aspartam pada
salah satu SMP di daerah Cimaung Kabupaten Bandung. Alasan dilakukannya
pemilihan responden siswa/i SMP dikarenakan kelompok individu ini
diasumsikan mempunyai tingkat paparan BTP yang cukup tinggi.
Pertimbangan pemilihan BTP pemanis aspartam adalah jumlah
penggunaannya dalam produk pangan olahan yang dibatasi, dan adanya isu dan
berita-berita di masyarakat mengenai bahaya aspartam. Jika aspartam
dikonsumsi melebihi dari nilai ADI 50 mg/kg berat badan, bahaya yang tejadi
pada anak-anak akan berefek peningkatan insiden kanker otak (Martindale, 2009
: 1930). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menentukan kadar
paparan aspartam pada jajanan siswa/siswi SMP Negeri 1 Cimaung Kabupaten
Bandung yang dikonsumsi setiap hari dengan menggunakan metode Food
Frequency questionnaire. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai kadar aspartam pada minuman ringan dan paparan aspartam pada masyarakat terutama pada siswa/i SMP Negeri 1 Cimaung
Kabupaten Bandung.