Abstract :
Peningkatan daya saing ekspor industri makanan sangat menarik perhatian sekaligus penuh tantangan seiring berkembangnya isu ketahanan pangan dunia. ASEAN+, yang memiliki jumlah penduduk sekitar 30 persen dari total populasi dunia, merupakan kawasan yang berpotensi untuk mengembangkan ekspor industri makanannya guna memenuhi permintaan produk pangan dunia. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing ekspor adalah dengan memanfaatkan masuknya Foreign Direct Investment (FDI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan daya saing ekspor industri makanan di negara-negara ASEAN+, perkembangan arus FDI yang masuk di negara-negara ASEAN+, serta pengaruh arus FDI yang masuk terhadap daya saing ekspor industri makanan di negara-negara ASEAN+.
Model dalam penelitian ini diestimasi dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) terhadap data panel 10 negara di ASEAN+ selama kurun waktu 2000-2016. Variabel terikat yang digunakan adalah daya saing ekspor industri makanan (proksi dihitung menggunakan indeks Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA), sedangkan variabel bebas yang digunakan yaitu FDI inflows. Adapun variabel kontrol yang digunakan adalah impor produk industri makanan, inflasi dan Real Effective Exchange Rate (REER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel FDI berpengaruh positif terhadap daya saing ekspor industri makanan. Variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap daya saing ekspor industri makanan. Adapun variabel impor dan REER tidak berpengaruh terhadap daya saing ekspor industri makanan.
Selain analisis kuantitatif, analisis deskriptif juga digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam penelitian, diidentifikasi pula produk-produk industri makanan yang memiliki daya saing (keunggulan komparatif kuat dan spesialisasi ekspor) dengan menggunakan Product Mapping.