Abstract :
Banyak penelitian menunjukan bahwa kemiskinan anak memiliki
konsekuensi panjang dikemudian hari, karenanya memprioritaskan anak-anak
dalam upaya penanganan kemiskinan menjadi langkah yang tepat. Pada satu
dekade terakhir, pengukuran kemiskinan anak mengalami perkembangan yang
pesat, dimana identifikasi tidak lagi hanya dilakukan dengan menggunakan garis
kemiskinan moneter, namun dengan mempertimbangkan aspek multidimensional.
Badan Pusat Statistik (BPS) bersama dengan UNICEF Indonesia membangun
enam dimensi beserta indikatornya yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
deprivasi (perampasan) multidimensi anak, yaitu dimensi perumahan, fasilitas,
nutrisi, pendidikan, perlindungan dan kesehatan, dimana metode tersebut dikenal
dengan Multiple Overlaping Deprivation Analysis (MODA). Sementara itu, tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memeriksa faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan seorang anak berpeluang untuk terdeprivasi multidimensi dengan
menggunakan metode dan ke enam dimensi yang sudah dibangun tadi. Namun
dengan tidak mengabaikan status kemiskinan moneter, penelitian ini menggunakan
empat status kemiskinan: anak yang miskin moneter dan terdeprivasi multidimensi,
anak yang miskin moneter saja, anak yang tidak terdeprivasimultidimensi dan anak
yang tdak mengalami keduanya.
Hasil penelitian menemukan bahwa pada tahun 2017, terdapat setidaknya
27 persen anak terdeprivasi pada minimal 3 dimensi. Pada kelompok umur 0-4
tahun, dimensi yang paling sering terdeprivasi adalah dimensi kesehatan
sementara pada kelompok umur 5-17 tahun adalah dimensi fasilitas. Sementara itu,
nilai marginal effect dari model regresi multinomial logit menunjukan bahwa
secara keseluruhan, semua variabel yang diperiksa menunjukan pengaruh yang
signifikan terhadap peluang seorang anak untuk menjadi miskin. Variabel umur
anak, jenis kelamin anak perempuan, umur Kepala Rumah Tangga (KRT),
pendidikan KRT dam KRT bekerja, secara signifikan mengurangi peluang anakanak
untuk menjadi miskin moneter dan terdeprivasi multidimensi, sementara itu
variabel KRT berjenis kelamin perempuan, lapangan usaha KRT di bidang
pertanian, jumlah anak, keberadaan balita, jumlah anggota rumah tangga, tipe
wilayah perdesaan dan tingkat kemiskinan kabupaten/kota memperbesar peluang
anak untuk miskin moneter dan terdeprivasi multidimensi.