Abstract :
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian. Fraktur dislokasi diartikan berpindahnya
fragmen tulang dari tempat semula, dengan ciri adanya perpanjangan ataupun
pemendekan ukuran tulang. Masyarakat Indonesia pada umumnya lebih memilih
ahli patah tulang untuk mengobati fraktur karena berbagai macam faktor,
sehingga tidak sedikit yang mengalami komplikasi pasca berobat ke tempat
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas reduksi
pasien fraktur yang ditangani oleh ahli patah tulang.
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Sebanyak 78 responden
diambil dengan teknik accidental sampling selama 34 hari. Pengumpulan data
menggunakan indeks kualitas reduksi yang dinilai dari pengukuran panjang tulang
dan status neurovaskuler dan diolah dengan teknik persentase.
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden (82,2%) tidak
mengalami perubahan ukuran panjang tulang, tetapi masih ada yang mengalami
perubahan (17,8%). Kualitas reduksi dalam penelitian ini mengacu pada
perubahan ukuran panjang tulang, status neurovaskuler setelah penanganan
reduksi. Dengan demikian, institusi kesehatan diharapkan dapat menentukan
strategi pendekatan dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat
menuju perilaku sehat dan perbaikan status kesehatan masyarakat. Salah satu
pendekatan yang bisa dilakukan petugas kesehatan adalah pelatihan bagi pihak
ahli patah tulang diberikan sertifikasi patah tulang terkait pemeriksaan penunjang
ukuran tulang dan status neurovaskuler guna pemeriksaan awal lebih memadai
keabsahannya.