Abstract :
Lokasi penelitian berada di Kubah Kulon Progo pada sisi bagian timur,
sedangkan objek penelitian adalah kontak antara Formasi Nanggulan (Eosen Tengah
– Oligosen) dan Formasi Andesit Tua (Oligosen Akhir - Miosen Tengah). Kedua
formasi mempunyai hubungan tidak selaras, menjemari serta sesar. Tujuan penelitian
adalah menggambarkan konfigurasi kontak antara Formasi Nanggulan dan Formasi
Andesit Tua.
Kontak batuan dapat terjadi karena faktor pengendapan, struktur geologi dan
intrusi. Hal itu dapat teridentifikasi dari indeks geomorfologi, struktur geologi,
singkapan dan pemodelan gayaberat. Metode fraktal dipergunakan untuk menghitung
nilai dimensi fraktal dari objek fraktal di permukaan dan bawah permukaan. Dengan
menggabungkan nilai dimensi fraktal dari kontur topografi dengan kontur anomali
gayaberat, kelurusan bukit dengan kelurusan anomali gayaberat, dan batas formasi dari
peta geologi dengan batas formasi dari peta anomali gayaberat, maka akan diketahui
beberapa variasi kontak formasi.
Berdasarkan nilai valley floor-valley height ratio dan stream gradient index,
sebagian Formasi Andesit Tua mempunyai uplift dan aktivitas tektonik lebih tinggi
dibandingkan Formasi Nanggulan. Berdasarkan rasio panjang dan jumlah segmen
lembah, nilai drainage density dan struktur geologi, maka aktivitas tektonik Formasi
Nanggulan lebih aktif dibandingkan Formasi Andesit Tua. Nilai anomali gayaberat
pada Formasi Nanggulan -12 mgal sampai -3 mgal dengan densitas 2,5 gr/cm3
,
sedangkan Formasi Andesit Tua -2 mgal sampai 16 mgal dengan densitas 2,7 gr/cm3
.
Dimensi fraktal kontur topografi (DKT) dan anomali gayaberat (DKAG) ada yang
bernilai sama (kedua kontur berkorelasi) dan ada yang berbeda (kedua kontur tidak
korelasi). Dimensi fraktal kelurusan bukit (DLB) dan kelurusan anomali gayaberat
(DLAG) ada yang bernilai sama (kedua kelurusan saling berhimpit) dan ada yang
berbeda (kedua kelurusan tidak berhimpit). Dimensi fraktal batas formasi dari peta
geologi (DFG) dan batas formasi dari anomali gayaberat (DFAG) ada yang bernilai sama
(kedua batas formasi berhimpit) dan ada yang berbeda (kedua batas formasi tidak
berhimpit). Kondisi geologi permukaan tidak selalu berkorelasi dengan geologi di
bawah permukaan. DKT dan DKAG sama terbentuk kontak sesar naik, sedangkan DKT
dan DKAG berbeda terbentuk kontak intrusi (dike). DLB dan DLAG sama terbentuk
kontak pengendapan lateral (intertonguing), sedangkan DLB dan DLAG berbeda (dengan
kelurusan bukit dan kelurusan anomali gayaberat acak) terbentuk kontak sesar naik
dan kontak kombinasi (kontak pengendapan lateral dan sesar naik), sedangkan pada
DLB dan DLAG berbeda (dengan kelurusan bukit dan kelurusan anomali gayaberat
teratur) terbentuk kontak intrusi (dike). Pada DFG dan DFAG sama, terbentuk kontak
pengendapan lateral (intertonguing), sedangkan DFG dan DFAG berbeda (dengan
kelurusan acak) terbentuk kontak sesar naik dan kontak kombinasi, serta DFG dan DFAG
berbeda (dengan kelurusan teratur) terbentuk kontak pengendapan vertikal
(uncorformity). Berdasarkan pada data singkapan, indeks geomorfologi, dimensi
fraktal dan pemodelan gayaberat, dapat disimpulkan jika kontak antara Formasi
Nanggulan dan Formasi Andesit Tua ada 5 (lima) yaitu kontak intrusi (dike), sesar naik,
pengendapan lateral (intertonguing), pengendapan vertikal (uncorformity) dan
kombinasi (pengendapan lateral dan sesar naik)