DETAIL DOCUMENT
SEKSUALITAS DALAM PERNIKAHAN DAN KARUNIA SELIBAT (STUDI EKSEGETIS MENURUT 1 KORINTUS 7:1-9)
Total View This Week0
Institusion
Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
Author
Gulo, Manase
Subject
BR Christianity 
Datestamp
2020-05-15 01:56:01 
Abstract :
Jemaat Korintus adalah salah satu Jemaat yang didirikan Paulus pada perjalanan misi yang kedua. Bersamaan dengan perkembangannya, Jemaat Korintus merupakan salah satu jemaat yang mengalami banyak masalah. Beberapa masalah yang dialami jemaat Korintus misalnya meragukan Kerasulan Paulus, percabulan, ketidakadilan, masalah karunia, kesalahpengertian mengenai makna kebebasan orang Kristen dan memaknai tubuh dan masih banyak yang lain. Dalam konteks 1 Korintus 7:1-9 masalah yang dialami oleh orang Kristen di Korintus adalah masalah seksualitas dalam pemikahan. Ini disebabkan oleh pengaruh dari kelompok asketisme yang menekankan spiritual namun mengabaikan tanggung jawab seksualitas suami istri. Seksualitas dalam pernikahan adalah pemberian Tuhan. Segala sesuatu yang bersumber dari Tuhan sungguh amat baik. Karena itu, seks bukan dosa, dan bukan penghambat untuk mendapatkan spiritual yang tinggi. Namun Seksualitas hanya ada di dalam pemikahan, di luar pernikahan merupakan dosa perzinaan di hadapan Tuhan. Tujuan Allah memberikan seksualitas dalam pernikahan, untuk menyatukan suami istri secara intim serta untuk meneguhkan pemikahan. Allah telah memberikan tempat yang khusus bagi seksualitas yaitu di dalam pernikahan. Karena itu. hubungan seksual dalam pernikahan bukan merupakan pilihan tetapi merupakan keharusan. Suami Istri harus saling memenuhi kewajiban seksual karena menolak hubungan seksual secara permanen dalam pernikahan, akan jatuh ke dalam dosa perzinaan, Paulus memberikan konsesi yaitu apabila menolak hubungan seksual harus dengan persetujuan bersama, untuk berdoa dan dalam waktu yang sementara. Paulus menyadari bahwa tidak semua orang menikah, karena ada seseorang yang memiliki karunia selibat. Kehidupan selibat merupakan karunia yang khusus dari Tuhan. Paulus menyadari bahwa kehidupan selibat baik, karena memusatkan perhatiannya kepada Tuhan, serta lebih leluasa dalam melayani Tuhan dan sesama, tanpa mengkhawatirkan istri atau suami dan anak. Karunia selibat bukan sesuatu yang diusahakan, atau dicari-cari, karena setiap orang mempunyai karunia sendiri-sendiri. Orang yang tidak memiliki karunia selibat dan tidak mengendalikan diri Paulus katakan harus menikah. Ini adalah salah satu solusi yang terbaik bagi yang tidak mengendalikan hawa nafsu. Bukan berarti Paulus merendahkan pernikahan. Karena di dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus Paulus sangat menjunjung tinggi perrnikahan. 
Institution Info

Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar (SETIA) Jakarta