Abstract :
Kemiskinan menjadi persoalan serius di Kabupaten
Karangasem. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
menangani persoalan ini. Namun dalam empat tahun
terakhir, Kabupaten Karangasem menempati posisi teratas
jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali. Sulitnya
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Karangasem
tidak lepas dari terjadinya kemiskinan kultural, seperti nilai,
sikap, dan perilaku masyarakat miskin yang mayoritas
beragama Hindu. Atas dasar itulah, penelitian ini
dilaksanakan untuk mengungkap dengan tiga masalah
pokok, yaitu penyebab terjadinya kemiskinan kultural, bentuk
kemiskinan kultural, dan implikasi kemiskinan kultural
terhadap agama dan budaya umat Hindu di Kabupaten
Karangasem.
Untuk mengungkap ketiga masalah tersebut,
penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif-interpretatif. Data dikumpulkan dengan
teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen.
Kemudian, data dianalisis melalui tiga tahapan, yaitu reduksi
data, penyajian data, dan verifikasi. Dalam proses
analisisnya, penelitian ini bertumpu pada teori strukturasi,
teori hegemoni, dan teori perubahan sosial.
Berdasarkan metode dan teori tersebut, penelitian
ini menyimpulkan sebagai berikut. Pertama, terjadinya
kemiskinan kultural karena efek domino kemiskinan
ekonomi, rendahnya kesadaran transformatif, hegemoni
sistem sosial dan politik, dan disorientasi tradisi keagamaan.
Kedua, bentuk kemiskinan kultural pada ranah individu
meliputi: pasrah menerima takdir, sikap apatis dan
pragmatis, serta ketergantungan pada pihak lain; pada ranah
keluarga dalam bentuk lemahnya perencanaan keluarga,
mengandalkan pekerja perempuan, dan penyimpangan pola
konsumsi; dan pada ranah sosial mencakup: perasaan
termarjinalkan, resistensi terhadap upaya pemberdayaan
masyarakat, dan kerumunan kontraproduktif. Ketiga,
implikasi kemiskinan kultural terhadap agama mencakup
lemahnya sraddha dan bhakti, formalitas beragama, dan
restrukturisasi sistem sosioreligius. Sementara itu,
implikasinya terhadap kebudayaan meliputi pewarisan
subkultur kemiskinan, tersumbatnya akses perubahan sosial,
dan perluasan fungsi adat.
Penelitian ini menemukan fakta penting terkait
dengan kemiskinan kultural di Kabupaten Karangasem
meliputi: adanya sirkularitas hubungan antara kemiskinan
natural, struktural, dan kultural; pendidikan sebagai
penyebab utama; berpotensi besar menjangkiti semua
kalangan sehingga dapat menurunkan taraf hidup; cara
beragama yang tidak disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi berpotensi menjadi kemiskinan kultural; dan sistem
adat memiliki peran penting untuk berpartisipasi aktif
mengatasi kemiskinan kultural. Secara teoretis, ditemukan
bahwa konsep, proposisi, dan teori yang digunakan dalam
penelitian ini bersesuaian dengan fakta di lapangan
sehingga dapat diafirmasi dengan revisi pada aspek-aspek
tertentu secara spesifik. Kemiskinan kultural umat Hindu di
Kabupaten Karangasem menunjukkan adanya pengaruh
adat, budaya, dan agama sebagai superstruktur yang
mewadahi kehidupan umat Hindu.Penelitian ini menemukan
fakta penting terkait dengan kemiskinan kultural di
Kabupaten Karangasem meliputi: adanya sirkularitas
hubungan antara kemiskinan natural, struktural, dan kultural;
pendidikan sebagai penyebab utama; berpotensi besar
menjangkiti semua kalangan sehingga dapat menurunkan
taraf hidup; cara beragama yang tidak disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi berpotensi menjadi kemiskinan
kultural; dan sistem adat memiliki peran penting untuk
berpartisipasi aktif mengatasi kemiskinan kultural. Secara
teoretis, ditemukan bahwa konsep, proposisi, dan teori yang
digunakan dalam penelitian ini bersesuaian dengan fakta di
lapangan sehingga dapat diafirmasi dengan revisi pada
aspek-aspek tertentu secara spesifik. Kemiskinan kultural
umat Hindu di Kabupaten Karangasem menunjukkan adanya
pengaruh adat, budaya, dan agama sebagai superstruktur
yang mewadahi kehidupan umat Hindu.