Abstract :
Disertasi ini membahas topik Perjumpaan Islam dan Tradisi Lokal
Masyarakat Adat Gantarangkeke (Pendekatan Fenomenologi Agama).
Permasalahan pokok yang dikaji terfokus pada tradisi lokal masyarakat
Gantarangkeke, perjumpaannya dengan Islam, pergulatan kebudayaan, hingga
modeling kebudayaan muslim lokal yang dihasilkan dari perjumpaan kebudayaan tersebut.
Penelitian ini termasuk kategori penelitian lapangan yang bersifat
kualitatif-deskriptif, dengan menggunakan pendekatan historis, filosofis, sejarah
sosial, kultural, dengan metode analisis bersifat deskriptif-kritis.
Tradisi lokal masyarakat Gantarangkeke telah tumbuh jauh sebelum Islam
masuk ke wilayah mereka. Tradisi tersebut berakar pada kepercayaan agama
Patuntung yang merupakan kepercayaan kuno masyarakat Gantarangkeke praIslam.
Tradisi lokal tersebut terlembagakan pada upacara adat Pajukukang yang
diselenggarakan setiap tahun dan memiliki beberapa rangkaian acara, yaitu
assulukang pangngajai, akkawaru, kalau ri pajukukang, dan angnganre
toballa’na. Perjumpaan Islam dan tradisi lokal tersebut melahirkan model
pergulatan kebudayaan di mana Islam sebagai ajaran yang datang dari luar dan
bersifat global dibawa masuk ke dalam ranah lokalitas tradisi Gantarangkeke. Hal
ini kemudian melahirkan konsep agama Sallang sebagai titik temu antara
kepercayaan patuntung dan Islam. Konsep agama Sallang ini kemudian menjadi
landasan bagi lokus-lokus dan bentuk-bentuk pergulatan kebudayaan tersebut.
Pergulatan kebudayaan masuk pada lokus sistem kepercayaan, sistem sosiokultural, dan sistem ritus serta makna simbolik tradisi. Pergulatan kebudayaan
tersebut melahirkan empat bentuk relasi kebudayaan dan agama, yaitu negosiasi,
kompromi, sinkretisme, dan akulturasi kebudayaan. Dari pergulatan kebudayaan
tersebut kemudian dilahirkan modeling kebudayaan lokal amsyarakat muslim
Gantarangkeke yang khas dan unik. Belajar dari tradisi lokal masyarakat muslim Gantarangkeke kita dapat mengambil inspirasi untuk membangun kesadaran bahwa Islam yang masuk ke
Indonesia adalah Islam yang akomodatif dan adaptif terhadap tradisi lokal.
Dengan penelitian ini juga diharapkan dapat mengubah stigma yang selama ini
dilekatkan kepada masyarakat Gantarangkeke oleh umat Islam yang lain, bahwa
prilaku mereka adalah prilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh
karena itu, perlu dilakukan dialog kebudayaan yang sehat agar terbangun
kesalingpahaman antara kelompok Islam mainstream dengan masyarakat lokal
Gantarangkeke, sehingga jarak sosio-kultural antara kedua kelompok tersebut
dapat diretas.