DETAIL DOCUMENT
Kriteria Pentajrihan Periwayat Hadis Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Albani dalam kitab Silsilah al-Ahadis al-Daifah wa al-Maudu’ah wa Asaruha al-Sayyi’ fi al-Ummah
Total View This Week0
Institusion
Universitas Islam Negeri Alauddin
Author

Subject
2X2 Al-Hadits dan yang Berkaitan 
Datestamp
2019-03-19 05:49:24 
Abstract :
Desertasi ini bertujuan untuk mengetahui kriteria pentajrihan periwayat hadis yang digunakan oleh Muhammad Nasiruddin al-Albani dalam mengkritik periwayat hadis dan konsistensinya terhadap penggunaan kriteria pentajrihan yang dimaksud dalam kitab Silsilah al-Hadis al-Daif ah waal-Maud u’ ah., sehingga berimplikasi pada kepercayaan terhadap hasil karya Syaikh al-Albani kaitannya dengan penilaiannya terhadap sanad hadis . Jenis penelitian dalam penulisan disertasi ini adalah penelitian Library Research (kajian pustaka), dengan uraian yang bersifat eksploratif dan deskriptif. Dikatakan eksploratif karena penelitian ini berupaya menggali pandangan-pandangan para kritikus hadis yang terpencar pada bagian-bagian tertentu dari kitab tersebut yang berkaitan tentang aspek periwayatan rijal hadis. Sedang sumber kajiannya adalah kajian kitab yang terdiri atas sumber primer dan sekunder. Penulis menggunakan metode pengumpulan data dari sumber data yang dimaksud dengan teknik pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Adapun pendekatan yang digunakan yakni pendekatan linguistik, historis, sosiohistoris dan jarh wa al-ta’dil. Sebelum mengemukakan kriteria pentajrihan yang digunakan oleh Muhammad Nasiruddin al-Albani penulis juga mengemukakan biografi al-Albani,yang di dalamnya mencakup profil, guru-gurunya, pengalamannya dalam menekuni hadis, dan terhindarnya dari pengaruh mazhab tertentu, serta pandangan ulama terhadapnya. Adapun kriteria pentajrihan periwayat hadis yang digunakan oleh Muhammad Nasiruddin al-Albani yaitu, 1)Seorang periwayat hadis dikatakan cacat karena terkenal/mashur dikalangan kritikus bahwa dia sebagai pendusta,2)Ada yang menilainya sebagai periwayat yang sering berdusta, 3) Dajjal, 4) Ditinggalkan hadisnya, 5) pelaku bid’ah, 6) Fasik dan 7) Panatik terhadap mazhab. Dari kriteria itu dapat dibandingkan juga dengan kriteria yang digunakan oleh ulama kritik hadis pada umumnya, dengan menggunakan lafal-lafal, : a) yang menunjukan kecacatan periwayat yang sangat parah, misalnya dengan kata-kata: ،سﺎﻨﻟا بﺬﻛأبﺬﻜﻟا ﻦﻛر (Manusia paling pendusta, tiangnya dusta), lafal ini adalahlafal yang dipergunakan pada peringkat jarh yang sangat tercelah, b)Menggunakan lafadz yang menunjukan bahwa periwayat sering berdusta namun tidak separah tingkatan pertama, lafal yang digunakan misalnya: عﺎﺿو ,باذﻛ (pendusta, pengada-ada) ; c) menggunakan lafal yang menunjukan bahwa periwayat dituduh berdusta. d)menggunakan lafal yang menunjukan bahwa hadis diriwayatkan sangat lemah. e)Menggunakan lafal yang menunjukan bahwa periwayat itu lemah atau tidak kokoh hafalannya atau banyak yang mengingkarinya. f) mengemukakan sifat periwayat untuk membuktikan kedaifan periwayat, namun sudah mendekati tingkat al-ta’dil. Berkaitan dengan tipologi sebagai kritikus periwayat hadis, al-Albani termasuk dalam kategori tipologi yang tasahhul (longgar), tawassit (moderat), dan tasyaddud(ketat). Ketiga tipologi tersebut terlihat dalam memberikan penilaian terhadap periwayat hadis. 

Institution Info

Universitas Islam Negeri Alauddin