Abstract :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi sayyang pattu’du’ merupakan pertunjukkan tradisional pada masyarakat Mandar yang diselenggarakan untuk mengapresiasi seorang anak yang telah khataman al-Qur’an, dengan mengarak keliling kampung menunggangi seekor kuda yang diiringi musik tabuhan rebana dan untaian pantun berbahasa Mandar (kalinda’da’), serta untuk menjaga keseimbangan penunggang kuda diperlukan pendamping (passarung). Dalam perkembangan zaman, tradisi sayyang pattu’du’ juga mengalami perubahan, sayyang pattu’du tidak hanya diperuntukkan untuk seorang anak yang khataman al-Qur’an, tetapi juga sebagai media promosi politik, hiburan dan sudah menjadi identitas ataupun simbol daerah Mandar, serta dalam tradisi sayyang pattu’du’cenderung mengalami pergeseran nilai.
Nilai dalam tradisi sayyang pattu’du’di antaranya:(a)Nilai agama (b) Nilai estetika(c) Nilai etika (d) Nilai gotong royong.
Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Dengan membudayakan tradisi sayyang pattu’du’ maka interaksi sosial dalam tradisi ini akan mempererat kembali hubungan silatuhrahmi, dan saling tolong-menolong. (2) Sebaiknya melestarikan tradisi sayyang pattu’du’ ke generasi selanjutnya, sebagai daya tarik untuk mendatangkan wisatawan lokal dan mancanegara berkunjung ketanah Mandar. (3)Walaupun mengalami pergeseran nilai tetapi nilai-nilai yang positif tetap dilestarikan, sedangkan nilai yang negatif seharusnya dihilangkan.