Institusion
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Author
Andi, Saputra
Suhardi, Suhardi
Siti, Habiba
Subject
808.2 Rhetoric of Drama/Retorik Drama
Datestamp
2021-07-22 03:36:42
Abstract :
Seni pertunjukan Makyong berasal dari tiruan permainan yang dilakonkan
oleh harimau jadi-jadian. Teater khas Melayu ini mementaskan tokoh utama pria dan
wanita tetapi ada juga tokoh lain dalam cerita seperti munculnya pelawak, dewa, jin,
pegawai istana, dan binatang. Pada masa kejayaannya ini, Makyong pernah dianggap
sebagai kesenian istana. Di Kepulauan Riau masa lalu, Makyong ditemukan di dua
tempat, yaitu di Tanah Merah dan di Mantang Arang. Dialog percakapan Makyong
secara lisan dan tulisan menarik untuk dijadikan objek penelitian dikarenakan
keunikan bahasa yang diucapkan dalam teater makyong. Selain dari pada itu teater
Makyong yang hampir punah di usia lebih dari seabad tersebut dapat lebih diminati
sehingga tidak terkikis era globalisasi dan tetap mempertahankan khasanah bahasa
dan kesusastraan Melayu. Dari penjelasan tersebut, dimana penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk mendeskripsikan tentang alih kode dan campur kode pada naskah
Makyong.
Adapun obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah naska Makyong
merupakan naska yang digunakan dalam seni teater tradisional masyarakat Melayu
yang sampai sekarang masih digemari dan sering dipertunjukan sebaga i drama tari
dalam forum lokal maupun internasional. Selain itu, adapun metode yang digunakan
peneliti adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptip untuk
menggambarkan atau mendeskrisikan alih kode dan campur kode pada naska
Makyong dengan menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi untuk
mendapatkan gambaran-gambaran terkait alih kode dan campur kode pada naskah
Makyong.
Adapun hasil penelitian ini, Campur kode dalam wacana interaksi masyarakat
naskah Mak Yong yaitu berupa campur kode penyisipan bentuk kata dan bentuk frasa
bahasa Melayu dan penghubung bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi pemersatu
bahasa diterminal. Kemudian fungsi campur kode tersebut ada tiga yaitu untuk
menyampaikan informasi, untuk menghormati mitra tutur dan untuk memperjelas
tuturan. Dan Faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode yaitu
menunjukkan jati diri penutur, menunjukkan kemahiran penutur dalam menggunakan
kata-kata dalam bahasa daerah, kebiasaan penutur, mengungkapkan suatu maksud,
dan menghormati orang yang lebih tua