Abstract :
Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau
tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan
anak dari World Health Organization (WHO). Penyebab langsung masalah gizi
pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan.
Adapun penyebab tidak langsung masalah stunting adalah ketahanan pangan,
lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak
(pengasuhan), lingkungan kesehatan dan lingkungan pemukiman. Kejadian balita
pendek atau stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di
dunia saat ini. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan
prevalensi balita pendek di Indonesia adalah sebesar 30,8%. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan praktik pemberian makan bayi dan anak
(PMBA) terhadap kejadian stunting pada batita usia 12-36 bulan di Desa Sukaraja
Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya yang meliputi pemberian inisiasi
menyusu dini (IMD), ASI eksklusif dan makanan pemdamping ASI (MPASI). Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control. Total
sampel sebanyak 82 orang dimana masing-masing kelompok kasus dan kontrol
berjumlah 41 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling untuk
kelompok kasus dan purposive sampling untuk kelompok kontrol. Hasil analisis
bivariat dengan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara praktik PMBA (p=0,012), pemberian ASI eksklusif (p=0,015) dan MPASI
(p=0,006) dengan kejadian stunting. Sedangkan IMD tidak berhubungan dengan
kejadian stunting. Edukasi yang rutin kepada para ibu mengenai PMBA yang baik
dan benar diharapkan dapat memperbaiki praktik PMBA mereka menjadi lebih baik
lagi.
Kepustakaan : 1997-2022
Kata Kunci : PMBA, IMD, ASI Eksklusif, MPASI, Stunting