Abstract :
Menurut cisco dilansir dari cisco Portal, penggunaan video internet memiliki
potensi mengalami peningkatan dalam jumlah besar karena menggantikan siaran
tradisional. Live video sudah diperhitungkan 5% dari lalu lintas video internet akan
tumbuh 15 kali lipat hingga mencapai 17% pada tahun 2022. Cisco juga menyebut,
pada tahun 2017 penggunaan video internet mencapai 60 exabytes (setara 60
miliyar gigabytes) perbulan dan terus meningkat menuju angka 280 exabytes
perbulan (setara 280 miliyar gigabytes). Hal ini dapat mendorong pertumbuhan
pesat dalam konsumsi video digital beresolusi tinggi dan berkualitas tinggi yang
menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan kapasitas penyimpanan dan
pengiriman informasi seperti upload dan download sehingga dibutuhkan proses
kompresi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi hasil
perbandingan kompresi menggunakan codec VP9, AV1 dan SVT-AV1.
Perbandingan dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan pengambilan
sampel frame pada video yang diberikan nilai CQP dengan preset encoder berbeda
dan pengujian menggunakan parameter seperti kecepatan kompresi, bitrate, ukuran
file, rasio kompresi, mean square error (MSE) dan peak signal to noise ratio
(PSNR). Hasil penelitian menunjukan VP9 memiliki proses kompresi paling cepat
tetapi buruk dalam kualitas dan ukuran file. Untuk AV1 memiliki hasil ukuran file
dan kualitas yang baik tapi untuk kecepatan kompresi mendapatkan waktu yang
paling lama. Sedangkan SVT-AV1 memiliki waktu yang relatif cepat, kualitas yang
cukup baik dan ukuran file yang tidak terlalu jauh berbeda dengan AV1. Oleh
karena itu, sebagai rekomendasi untuk melakukan proses kompresi yang stabil,
dimana mendapatkan video hasil kompresi yang baik dengan ukuran file kecil, dan
waktu kompresi yang relatif cepat yaitu menggunakan codec SVT-AV1.
Kata Kunci: Video Digital, Kompresi, Codec, mean square error (MSE), Peak
Signal to Noise Ratio (PSNR)