Abstract :
Salah satu permasalahan yang sering menghambat perkembangan suatu
daerah atau desa karena kurangnya infrastruktur berupa jalan dan jembatan.
Sebagai komponen infrastruktur yang paling mahal, jembatan kerap tidak
dibangun bersamaan dengan pada saaat pembukaan jalan. Sistem jembatan yang
sederhana untuk bentang yang panjang adalah jembatan gantung pejalan kaki.
Umumnya jembatan gantung pejalan kaki dibuat simetris. Penelitian pusat
penelitian dan pengembangan jalan dan jembatan menunjukkan bahwa dengan
perencanaan struktur jembatan gantung asimetris untuk pedesaaan (Judesa)
menghasilkan suatu jembatan gantung pejalan kaki yang lebih praktis dalam
pengerjaan dan bisa dilaksanakan dari salah satu sisi jembatan.
Pada skripsi ini dibuat pemodelan jembatan gantung pejalan kaki dan
jembatan gantung asimetris untuk pedesaan (judesa) dengan bentang 20 meter, 40
meter, dan 60 meter tanpa gelagar pengaku. Hal yang paling membedakan pada
kedua jenis jembatan ini adalah pada menara. Beban statik yang digunakan pada
masing-masing model adalah 500 kg/m2 untuk beban hidup, dan beban mati
berupa berat sendiri jembatan sebesar 64.1 kg/m2. Gaya-gaya pada lantai
jembatan, gelagar memanjang, gelagar melintang, batang penggantung, kabel
utama dan kabel angkur akan dinalisis dan dibuat perencanaannya. Dari hasil
perencanaan dapat diperoleh seberapa besar optimasi jembatan gantung asimetris
untuk pedesaan dalam penggunaan material jembatan dengan bentang yang
berbeda.
Hasil perencanaan jembatan gantung pejalan kaki dan jembatan gantung
asimetris untuk pedesaaan diperoleh bahwa penggunaan material baja, kawat
sling, dan beton lebih minimum pada jembatan gantung asimetris untuk pedesaan.