DETAIL DOCUMENT
Peran Lekra dalam Membentuk Kehidupan Budaya di Medan (1950 -1966)
Total View This Week0
Institusion
Universitas Sumatera Utara
Author
Mehaga, Arenda
Subject
Peran Lekra dalam Membentuk Kehidupan Budaya di Medan (1950 -1966) 
Datestamp
2018-12-19 03:28:58 
Abstract :
Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) merupakan sebuah organisasi kebudayaan yang bersifat revolusioner dan berpihak kepada rakyat. Lekra didirikan dengan semangat kebudayaan revolusioner dan seni untuk rakyat. Dalam perkembangannya Lekra berperan besar dalam membentuk identitas kebudayaan nasional, sehingga Indonesia tidak perlu banyak mengambil unsur kebudayaan asing, melainkan mempunyai identitasnya sendiri. Hadirnya Lekra dalam kebudayaan Indonesia ternyata berdampak juga terhadap situasi perpolitikan Indonesia. Dengan azas ?politik sebagai panglima? yang dimiliki Lekra, lantas membuat Lekra harus terjun ke dalam putaran arus perpolitikan bangsa. Campur tangan Lekra ke dalam perpolitikan Indonesia menimbulkan penolakan dari para seniman dan pekerja kebudayaan yang memandang tabu unsur seni dicampur-adukkan dengan unsur politik. Mereka yang menolak ini kemudian membentuk sebuah perkumpulan para seniman yang tidak berpolitik untuk menandingi eksistensi Lekra, yang kemudian dinamakan Manifesto Kebudayaan (Manikebu) dan lahir pada tahun 1963. Meski kemudian terjadi perdebatan-perdebatan sengit antara Lekra dengan Manikebu sampai awal tahun 1964, Lekra tetap berhasil mendominasi ruang kebudayaan Indonesia dan menggeser Manikebu dari ruang kebudayaan tersebut. Hal ini dinyatakan dengan pembubaran Manikebu oleh Soekarno pada Mei 1964. Di Medan sendiri, Lekra menjadi salah satu faktor penting yang menghidupi suasana kebudayaan di daerah beragam suku dan komunitas ini. Berbagai aktivitas dilakukan Lekra sebagai bentuk kepeduliannya terhadap kebudayaan Indonesia. Masuknya Lekra ke Sumatera Utara, terkhusus di Medan membuat peta kebudayaan daerah ini berubah, dari yang sebelumnya bergenre Melayu dan budaya ?pop? menjadi sebuah kebudayaan yang revolusioner. Hal ini dibuktikan oleh Lekra dengan peran sentralnya dalam mengangkat kesenian drama dan seni musik, tak ketinggalan juga seni film di Medan ke kancah nasional bahkan internasional. Kehadiran dan perkembangan Lekra di Medan memberikan banyak kontribusi nyata bagi perkembangan seni di daerah ini, hingga menjadikan Medan sebagai salah satu kota yang paling aktif dalam kegiatan seni dan budayanya selain Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta. Pada sekitaran tahun 1965-1966 menjadi masa-masa menjelang akhir dari eksistensi Lekra di Indonesia. Berawal pada tahun 1965 yang ternyata menjadi titik balik perkembangan Lekra yang sebelumnya seakan tidak terbendung eksistensinya menjadi harus dikubur pergerakannya hingga benar-benar tak bisa bangkit kembali. Kebrutalan rezim otoriter Orde Baru mengharuskan para pekerja seni Lekra mendekam di dalam bui bahkan tak sedikit yang hilang dan tewas di tangan rezim tersebut. Metode yang digunakan dalam meneliti peran Lekra di Medan (1950-1966) yaitu dengan metode sejarah analitis dan deskriptif. Untuk mendapatkan sumber-sumber sejarah penulis menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan. Dari sumber yang diperoleh, maka disimpulkan dan menghasilkan penulisan deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian tentang peranan Lekra di Kota Medan ini (1950-1966) adalah untuk mengetahui apa saja dinamika-dinamika yang terjadi saat Lekra mulai berusaha menanamkan pengaruhnya terhadap kehidupan kebudayaan di Medan. 

Institution Info

Universitas Sumatera Utara