Abstract :
Kemunculan media baru memberikan dampak yang sangat signifikan bagi aktivitas mahasiswa. Akses informasi menjadi tidak terkontrol sehingga kemampuan literasi media baru mutlak harus dibutuhkan bagi setiap orang yang mengakses media baru. Kemampuan literasi media baru yang rendah menyebabkan semakin berkembangnya penyebaran berita hoax di tengah mahasiswa. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi praktisi political public relations dalam menyusun strategi untuk menjaga reputasi lembaga politik maupun individu. Penelitian ini untuk mengetahui respon dari mahasiswa ketika menghadapi berita hoax di media sosial Instagram serta strategi political public relations dalam menghadapi berita hoax di tengah kemampuan literasi media baru mahasiswa yang beragam. Metode penelitian yan digunakan yaitu teknik kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat inform, hanya satu informan yang menunjukkan memiliki kemampuan literasi media baru yang baik. Sementara ketiga informan lainnya belum mampu dikategorikan memiliki kemampuan literasi media baru sesuai yang dirumuskan oleh Jenkins. Sementara bagi praktisi political public relations, pemanfaatan media sosial secara efektif menjadi salah satu strategi yang harus dilakukan untuk memperkuat basis stakeholder di tengah anak muda dalam upaya mengantisipasi serta melawan pergerakan isu negatif ataupun berita hoax.