Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
ODEL, Yohakim Dominggus Bolly Hereng
Subject
225 Perjanjian Baru
Datestamp
2022-11-30 04:58:24
Abstract :
Pengampunan merupakan satu hal yang amat penting demi terwujudnya
perdamaian dan rekonsiliasi. Untuk itu perlu adanya refleksi mendalam dari setiap
orang supaya semakin memaknai pentingnya pengampunan dalam hidup bersama.
Refleksi mendalam akan pentingnya pengampunan ini menginspirasi penulis untuk
membuat sebuah penelitian kepustakaan yang berkaitan dengan pengampunan.
Pertanyaan yang menjadi pokok permasalahan yang telah diteliti dalam tulisan ini
adalah: pertama, apa isi ajaran Yesus tentang pengampunan dalam Mat 18:21-35?
Kedua, bagaimana mengenal pengalaman hidup dan karya Yohanes Paulus II tentang
pengampunan? Ketiga, bagaimana relevansi dari ajaran Yesus dalam Mat 18:21-35 dan
pengalaman hidup serta karya Yohanes Paulus II tentang pengampunan bagi para
pelayan pastoral dalam mewujudkan perdamaian? Bertolak dari pokok permasalahan itu
ada pun tujuan yang hendak dicapai dari tulisan ini yakni menemukan isi dari ajaran
Yesus dalam Mat 18:21-35 dan gagasan Yohanes Paulus II tentang pengampunan
sebagai inspirasi bagi para pelayan pastoral dalam mewujudkan perdamaian.
Dalam tulisan ini telah diuraikan poin-poin eksegetis dari ajaran Yesus tentang
pengampunan dalam Mat 18:21-35. Penulis menimba isnpirasi dari ajaran Yesus
tentang pengampunan dalam Mat 18:21-35 sebagai sumber refleksi bagi Gereja dalam
menghidupi sikap saling mengampuni. Dalam menegaskan inti ajaran Yesus tentang
pengampunan itu penulis punmengangkat ke permukaan teladan hidup Yohanes Paulus
II tentang pengampunan. Penulis merefleksikan bahwa ajaran dan pengalaman praktis
dari Yohanes Paulus II tentang pengampunan ini merupakan satu model pelayanan yang
ia tunjukkan sebagai seorang pelayan pastoral. Karena itu dalam tulisan ini telah
ditemukan sejumlah refeleksi teologis yang dapat menginspirasi para pelayan pastoral
dalam mewujudkan perdamaian.
Para pelayan pastoral harus tampil sebagai pelayan yang menghidupi spiritualitas
belas kasih Allah dengan meneladani model cinta kasih yang telah ditunjukkan Yesus.
Mereka harus hadir sebagai pelayan yang menampilkan wajah Allah yang penuh belas
kasih. Mereka tampil sebagai pelayan yang berbelas kasih dalam menghadirkan
perdamaian bukan konflik atau kekerasan. Karena itu perlu adanya sikap rendah hati
serta penyerahan diri pada Allah lewat doa. Doa sangat membantu setiap orang untuk
dapat saling mengampuni. Sebagai seorang pelayan Allah mereka pun harus mempu
menjadi teladan dalam mewartakan pentingnya pengampunan. Karena itu spirit
kegembalaan Yesus dan Yohanes Paulus II harus menjadi spirit dasar bagi
merekasebagai seorang gembala yang teguh dan tegas dalam memperjuangkan
perdamaian. Bertolak dari poin-poin refleksi ini, penulis menguraikan beberapa hal
praktis sebagai tindakan konkrit dalam mengaktualisasikan apa yang telah direfleksikan.
Beberapa hal praktis itu adalah menghidupkan semangat saling mengampuni, semangat
persaudaraan, semangat doa, Ekaristi, devosi dan pengakuan pribadi, pelayanan kepada
keluarga, pewartaan lewat media komunikasi, serta terlibat sebagai pelayan yang
menghadirkan solusi demi terwujudnya perdamaian. Penulis melihat bahwa ajaran serta
pengalaman praktis Yohanes Paulus II tentang pengampunan sebagaimana yang
diajarkan Yesus dalam Mat 18:21-35 sangat relevan bagi kehidupan para pelayan
pastoral zaman ini teristimewa dalam mewujudkan perdamaian.