Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
TOLAN, Marta Ose
Subject
230 Agama Kristen, Teologi Kristen
Datestamp
2022-12-02 02:09:51
Abstract :
Belis atau mas kawin dalam perkawinan adat masyarakat Kolimasang
dikenal dengan istilah Witi Bala (Kambing Gading). Belis sebagai sebuah satuan
nilai dalam proses perkawinan adat, memiliki nilai positif, yakni mempererat tali
persaudaraan antara dua keluarga besar dan tanda terima kasih terhadap orangtua
mempelai perempuan. Di balik dari sisi positif ini, harus diakui pula nilai-nilai
negatif yang terkandung dalam belis tersebut, seperti aspek kepemilikan kaum
laki-laki terhadap kaum perempuan, relasi kuasa yang menindas kaum
perempuan, dan kurangnya penghargaan terhadap martabat kaum perempuan.
Ketimpangan ini pada satu sisi dipengaruhi oleh pola relasi masyarakat
Kolimasang yang sangat menjunjung tinggi budaya patriarkat dan di sisi lainnya
pengaruh sistem pembelisan itu sendiri.
Bertolak dari situasi ini, dalam dunia teologi, dikembangkan berbagai
bidang-bidang yang secara spesifik membaca realitas ketimpangan relasi antara
laki-laki dengan perempuan dan berusaha untuk membedah secara teologis.
Teologi feminis sendiri lahir sebagai sebuah contra terhadap teologi yang terlalu
menekankan sistem patriarkis. Konsep dan ketimpangan dalam praktek belis ini
merupakan salah satu agenda besar para teolog feminis untuk memperjuangkan
keadilan dan martabat perempuan. Teologi feminis sendiri menjadi wadah
perjuangan untuk membela harkat dan martabat kaum perempuan. Dengan kata
lain teologi feminis tidak menginginkan terjadinya masyarakat di mana semua
orang menjadi sama, melainkan adanya penghargaan terhadap keunikan masing-masing
anggota masyarakat di dalam komunitas saudara-saudari. Visi besar inilah
yang dihendaki oleh penulis bagi masyarakat Kolimasang agar terciptanya
komunitas baru yang bermartabat di Kolimasang