Abstract :
Dalam pengembaraan di dunia, manusia telah terikat dalam sebuah kebudayaan yang membentuk jati dirinya. Setiap nilai yang terkandung di dalam kebudayaan itu menjadi cerminan diri seseorang dalam kehidupan bersama dengan orang lain. Sebagai manusia yang berbudaya, masyarakat suku Tobin di desa Lewomuda juga mempunyai nilai-nilai tertentu yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku. Salah satunya terdapat dalam larangan mengonsumsi daging dari hewan tertentu yang diharamkan. Hal ini berkaitan erat dengan pemahaman mengenai kenajisan. Kenajisan dalam pemahaman masyarakat suku Tobin di desa Lewomuda dilihat berdasarkan pada apa yang masuk ke dalam mulut atau dikonsumsi oleh seseorang.
Dalam kebudayaan Yahudi pada zaman Yesus, perdebatan mengenai kenajisan menjadi salah satu tema yang sering diperbincangkan. Penghayatan terhadap adat isitiadat menjadi bagian utama dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Dalam konteks kenajisan, salah satu kebiasaan yang senantiasa dipraktekkan ialah tidak mencuci tangan sebelum makan. Tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap adat istiadat dalam kebudayaan bangsa Yahudi. Yesus dengan sabar memberikan pemahaman yang benar mengenai kenajisan itu sendiri kepada orang banyak yang mengikuti-Nya. Yesus menegaskan bahwa seseorang tidak dapat menjadi najis hanya dengan tangan yang tidak dibasuh; atau, segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut seseorang tidak dapat menajiskannya. Sebaliknya, apa yang keluar dari dalam mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskannya. Dalam mewartakan kebenaran injil di tengah umat dewasa ini para pelayan pastoral hendaknya mencontohi sikap dan tindakan Yesus dalam memberikan pemahaman yang benar mengenai kenajisan kepada semua orang.