DETAIL DOCUMENT
Makna Ritus Fo Halamak dari Masyarakat Wemeda di Kabupaten Malaka-NTT dalam Perbandingan Dengan Penghormatan Orang Kudus dan Arwah dalam Gereja Katolik serta Relevansinya
Total View This Week0
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
IKUN, Kamilus
Subject
230 Agama Kristen, Teologi Kristen 
Datestamp
2024-05-07 00:01:38 
Abstract :
Masalah Pokok: Apakah ritus fo halamak kepada leluhur dari masyarakat Wemeda di Malaka-NTT memiliki makna yang dapat dibandingkan dengan penghormatan orang kudus dan arwah dalam Gereja Katolik? Penelitian ini bertujuan untuk; 1) Mendeskripsikan makna ritus fo halamak dari masyarakat Wemeda di Malaka. 2) Mendeskripsikan makna perayaan orang kudus dan peringatan arwah. 3) Mendeskripsikan perbandingan antara ritus fo halamak dengan perayaan orang kudus dan peringatan arwah. 4) Mendeskripsikan relevansi ritus fo halamak, perayaan orang kudus dan peringatan arwah bagi masyarakat Wemeda. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti adalah ritus fo halamak dari masyarakat Wemeda. Wujud data dalam penelitian ini berupa rekaman dan tulisan hasil wawancara dengan para narasumber tentang ritus fo halamak dari masyarakat Wemeda dan mempelajari tulisan dalam dokumen Gereja, buku, jurnal, artikel dan internet tentang perayaan orang kudus dan peringatan arwah dalam Gereja Katolik. Sumber data penelitian ini ialah para tetua adat, tokoh masyarakat, tokoh pemerintah, para pemerhati budaya. Keseluruhan narasumber berjumlah 22 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tekni observasi dan interaktif (wawancara), yakni mengobservasi perayaan ritus fo halamak baik secara langsung (hadir) maupun melalui hasil observasi dokumentasi foto dan video serta mewawancari para narasumber melalui daring (telepon, Video Call, Zoom). Langkah yang dipakai dalam teknik analisis ini ditempuh dengan cara mencatat, merekam dan menganalisis semua data hasil obervasi dan wawancara. Adapun teknik analisis yang digunakan ialah analisis model mengalir. Tekni ini dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan terakhir penarikan kesimpulan. Teknik validitas data yang digunakan ialah triangulasi data. Trangulasi data dilakukan dengan menggunakan data dari sumber utama yaitu ritus fo halamak dari masyarakat Wemeda, perayaan orang kudus dan peringatan arwah. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa: Pertama ritus fo halamak merupakan sebuah perayaan religus untuk menghormati para leluhur dengan cara mempersembahkan makanan terbaik. Perayaan ini memiliki kesamaan makna dengan perayaan orang kudus dan peringatan arwah sebagai kesempatan untuk menghormati para kudus dan arwah. Dua perayaan ini memiliki dasariman yang sama yakni iman akan hidup abadi setelah kematian. Masyarakat Wemeda yakin bahwa para leluhur telah berbahagia bersama Allah di surga. Keyakinan ini bertolak dari pandangan tentang hidup setelah kematian. Kematian adalah gerbang persatuan antara manusia dan Tuhan (Nai Maromak). Mereka juga yakin bahwa kematian tidak membatasi ruang relasi antara orang yang masih hidup dengan orang yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, mereka selalu merawat relasi itu dengan merayakan ritus fo halamak. Demikian juga dalam Gereja Katolik, tujuan dan alasan dibalik perayaan orang kudus dan peringatan arwah adalah keyakinan bahwa orang kudus telah mendapat kemuliaan Allah dan telah bersatu dengan Allah. Hal yang sama diyakini dari perayaan peringatan Arwah umat beriman. Mereka diyakini telah hidup dekat dengan Tuhan dan bisa juga menjadi pendoa bagi umat yang masih hidup di dunia. Atas dasar iman ini maka para leluhur (bei) dalam masyarakat Wemeda, orang kudus dan arwah dalam Gereja Katolik adalah orang-orang yang telah hidup, dekat dan bersatu dengan Allah di surga. Kedua, ritus fo halamak dari masyarakat Wemeda di Malaka menjadi indikator kepercayaan mereka akan keberadaan Wujud Tertinggi (Tuhan). Masyarakat Wemeda menyebut Wujud Tertinggi dengan nama Nai Maromak. Nai Maromak dipercaya sebagai Yang memberi Terang, sumber terang dan Dia berada di tempat yang mahatinggi yang tidak dapat dijangkau oleh tangan dan kaki manusia. Dalam Gereja Katolik, umat beriman percaya bahwa para orang kudus dan arwah umat beriman adalah sahabat-sahabat Allah yang telah memenagkan pertarungan di dunia dan memperoleh kemuliaan di surga. Hal ini menunjukkan bahwa orang kudus dan para arwah umat beriman adalah orang-orang yang telah dekat dengan Allah. Ketiga, ritus fo halamak, perayaan kepada orang kudus dan peringatan arwah menunjukkan peran mereka sebagai perantara yang berpartisipasi dalam kepengantaraan Yesus Kristus. Para leluhur bertindak sebagai pengantara antara manusia yang masih hidup dengan Tuhan. Para leluhur telah hidup dekat dengan Tuhan sehingga doa-doa yang dipanjatkan lewat para leluhur dapat dikabulkan oleh Tuhan. Atas dasar ini, para leluhur senatiasa dihormati, dicintai dan diteladani oleh anggota keluarga yang masih hidup. Umat Katolik juga selalu merayakan hari orang kudus peringatan arwah baik melalui perayaan ekaristi, ibadat maupun doa-doa devosional lainnya. Alasan perayaan dan peringatan itu, sama dengan ritus fo halamak yakni peran mereka sebagai perantara doa. Namun mereka bukan menjadi perantara utama, mereka (para kudus, leluhur dan arwah) berpartisipasi dalam penga 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO