Abstract :
Tesis ini bertujuan untuk: pertama, mengetahui peran Lembaga Pusat
Rehabilitasi Kusta dan Cacat St. Damian Cancar dalam mengatasi stigmatisasi dan
diskriminasi terhadap kaum difabel sebagai salah satu upaya pengejawantahan
Ajaran Sosial Gereja. Kedua, mengetahui metode yang diterapkan Lembaga Pusat
Rehabilitasi Kusta dan Cacat St. Damian Cancar dalam mengatasi stigmatisasi dan
diskriminasi terhadap kaum difabel sesuai seruan Ajaran Sosial Gereja.
Penulisan tesis ini menggunakan dua metode, yakni studi kepustakaan dan
studi lapangan. Dalam metode studi kepustakaan, penulis mendalami berbagai
karya terdahulu tentang tema yang diangkat, sedangkan dalam metode studi
lapangan, penulis mengumpulkan data menggunakan metode observasi
partisipatoris dan wawancara. Subjek penelitian adalah seluruh elemen yang
terlibat langsung dalam proses pendampingan dan pemberdayaan kaum difabel di
panti Pusat Rehabilitasi Kusta dan Cacat St. Damian Cancar. Elemen-elemen itu
meliputi kaum difabel atau para penyandang difabel yang berdomisili di pusat
rehabilitasi, para pendamping, keluarga dan tokoh adat.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa para penyandang
difabel yang merupakan ciptaan Allah, seringkali mengalami stigmatisasi dan
perlakuan diskriminatif. Kehadiran mereka dianggap sebagai aib (pembawa sial)
dan beban bagi keluarga. Mereka sering dipandang oleh orang-orang non difabel
sebagai kaum yang tidak mampu berbuat sesuatu layaknya orang normal. Orangorang
non difabel sering berpendapat bahwa kaum difabel tidak memiliki
kemampuan, mereka dipandang sebagai sasaran bantuan atau sedekah.
Idealnya, seturut Ajaran Sosial Gereja ada prinsip-prinsip yang
menekankan penghargaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat
manusia sebagai ciptaan Allah. Penghormatan terhadap martabat setiap pribadi
manusia menjadi bentuk penghormatan terhadap Allah, Sang Pencipta sebab
manusia merupakan gambaran dan citra Allah. Sebagai makhluk yang secitra
dengan Allah, manusia dianugerahi akal budi, kehendak bebas, dan hati nurani
agar bisa bertanggung jawab atas hidupnya dan orang lain.
Dalam visi pelayanan yang diemban Lembaga Pusat Rehabilitasi Kusta
dan Cacat St. Damian Cancar, tampak dua poin penting berikut. Pertama,
lembaga ini berupaya mengangkat derajat kemanusiaan para penyandang difabel.
Kedua, eksistensi lembaga ini sepenuhnya dibentuk untuk mendorong kaum
difabel agar hidup lebih manusiawi demi terwujudnya jati diri kemanusiaan
mereka sebagai citra Allah. Jika disandingkan dengan nilai yang hendak
diperjuangkan Gereja berdasarkan prinsip manusia sebagai citra Allah, tampak
jelas bahwa lembaga ini sedang mengedukasi publik dan mendorong masyarakat
agar menghargai dan menghormati kelompok difabel sebagai citra Allah.
Lembaga Pusat Rehabilitasi Kusta dan Cacat St. Damian Cancar ingin
memperjuangkan agar semua manusia baik difabel maupun non difabel memiliki
kedudukan yang sama sebagai ciptaan Allah yang secitra dengan Allah.
Kesadaran akan keberadaan kaum difabel sebagai ciptaan yang secitra dengan
Allah mesti mendorong semua orang untuk memperlakukan kaum difabel
sederajat dan setara dengan manusia lain yang memiliki keadaan fisik yang utuh.
Lembaga Pusat Rehabilitasi Kusta dan Cacat St. Damian Cancar telah
berperan aktif dalam mengusahakan kebaikan hidup para penyandang difabel.
Lembaga ini telah bertanggung jawab terhadap banyak aspek kehidupan kaum
difabel yang sering kali alpa dalam pemenuhannya. Bentuk tanggung jawab
lembaga ini nyata dalam aspek-aspek berikut.
Pertama, mendampingi para penyandang difabel dari segi medis. Para
suster SSpS dan perawat yang bekerja di Lembaga Pusat Rehabilitasi Kusta dan
Cacat St. Damian Cancar berusaha sungguh-sungguh agar para penyandang
difabel mendapatkan perawatan yang baik. Upaya ini didukung juga oleh
sejumlah LSM (Australia) yang mengirim beberapa dokter ahli ke Pusat
Rehabilitasi Kusta dan Cacat St. Damian Cancar, misalnya dokter ahli bedah,
tenaga fisioterapi, hidroterapi dan para aktivis medis lainnya. Pelayanan yang
diberikan oleh Lembaga ini dan oleh partner kerja sama mereka menunjukkan
bahwa masih banyak orang yang memiliki kepedulian terhadap penderitaan
sesamanya. Perjuangan kemanusiaan ini menjawabi tuntutan Ajaran Sosial
Gereja, seruan dengan prinsip solidaritas di mana setiap orang beriman mesti
bertanggung jawab terhadap kebaikan hidup sesamanya. Pelayanan yang
diberikan lembaga rehabilitasi ini merupakan bukti paling hakiki dari solidaritas
kemanusiaan bagi para penyandang difabel.
Kedua, mendampingi para penyandang difabel dari segi psikis dan iman.
Solidaritas kemanusiaan yang ditunjukkan Lembaga Pusat Rehabilitasi Kusta dan
Cacat St. Damian Cancar tidak berhenti pada pendampingan medis semata. Dalam
program pelayanannya, lembaga ini juga mengusahakan sejumlah pendampingan
psikis bagi para penyandang difabel. Pendampingan psikis ini berupa aneka
kegiatan kerohanian yang meliputi tanggungan do