Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan masyarakat Pesek,
khususnya mengenai keadaan geografis, kehidupan sosial-budaya, dan ekonomi (2)
memahami acara inung waé kolang, (3) memahami pandangan ajaran Kristiani
tentang solidaritas (4) Mememahami acara inung waé kolang dalam terang ajaran
Kristiani tentang solidaritas (5) memahami sumbangsih dari pandangan ajaran
Kristiani tentang solidaritas, mengenai praktik acara inung waé kolang masyarakat
Kampung Pesek, bagi karya pastoral Gereja.
Penulis membuat penelitian di Kampung Pesek, Desa Gurung Liwut,
Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur. Subjek dari penelitian ini adalah
masyarakat Kampung Pesek, yang menjalankan acara inung waé kolang. Metode
yang digunakan dalam proses pengumpulan data untuk penulisan karya ilmiah ini
adalah metode kepustakaan dan penelitian lapangan dengan instrumen
pengumpulan datanya adalah wawancara dan observasi partisipatoris.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan studi kepustakaan disimpulkan
bahwa acara inung waé kolang selaras dengan ajaran Kristiani tentang solidaritas.
Keselarasan itu tampak dalam beberapa hal. (1) Seturut konsep dasar ajaran
Kristiani tentang solidaritas, acara inung waé kolang merupakan perwujudan dari
konsep solidaritas yang lahir dari rasa belas kasih. Tanggung jawab yang diemban
masyarakat menjadi bukti bahwa mereka peka terhadap penderitaan sesamanya.
Selain itu, persatuan dan semangat gotong royong merupakan perwujudan nyata
dari solidaritas sebagaimana ditekankan dalam ajaran Kristiani. 2) Seturut ciri khas
ajaran Kristiani tentang solidaritas, acara inung waé kolang menggambarkan sisi
kehidupan masyarakat yang rela berkorban bagi sesama demi mendorong
perubahan sosial, dan bebas ikatan primordial di mana kebersamaan tersebut
dibangun dalam semangat kasih satu dengan yang lain. 3) Seturut tujuan ajaran
Kristiani tentang solidaritas, acara inung waé kolang merupakan salah satu aksi
solidaritas yang bertujuan untuk beberapa hal. Pertama, peduli terhadap sesama
yang menderita. Kedua, membangun persaudaraan dan kekeluargaan dalam Roh.
Salah satu praktik yang bertentangan dengan tujuan ini ialah minimnya partisipasi
kaum perempuan, sebab dalam ajaran Kristiani persaudaraan dan kekeluargaan
yang dibangun mesti bebas dari diskriminasi baik rasial maupun gender. Ketiga,
acara inung waé kolang merupakan suatu langkah yang bertujuan untuk
mengusahakan kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan masyarakat. Kesetaraan
itu tampak dalam penghargaan yang setara terhadap orang-orang yang hadir dalam
acara tersebut tanpa memandang latar belakang mereka. Selain itu, usaha untuk
menegakkan keadilan tampak dalam kepedulian masyarakat untuk menentang dosa
masa lampau di mana hanya anak-anak dari keluarga yang mampu secara
finansialah yang berkesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi.
Hasil analisis terhadap acara inung waé kolang dalam terang ajaran Kristiani
tentang solidaritas mendatangkan sumbangsih yang cukup berarti bagi kegiatan
pastoral Gereja terutama di Keuskupan Ruteng. Dalam kajian penulis, ada dua
sumbangsih penting bagi Gereja. Pertama, menjadikan acara inung waé kolang
sebagai bagian dari pastoral Gereja. Alasan mendasar yang menguatkan temuan ini
ialah Gereja Keuskupan Ruteng hidup dalam tradisi kebudayaan Manggarai yang
berkodrat sosial. Hal itu menjadi kekayaan Gereja dalam menuntaskan visi dan
misinya di tengah umat. Selain itu, praktik serupa acara inung waé kolang telah
berkembang di Manggarai seperti syukuran wisuda, nikah, tahbisan, dan lain-lain.
Pada momen itu, banyak orang memberi dukungan dalam bentuk barang dan
terutama uang. Artinya, jika umat loyal dengan kegiatan semacam itu, tentu
loyalitas yang sama bisa ditunjukkan jika Gereja membutuhkan campur tangan
umat dalam kegiatan pastoral karyanya. Kedua, menjadikan acara inung waé kolang
sebagai contoh dan ilustrasi bagi katekese tentang solidaritas. Hal ini bertujuan
untuk menyadarkan umat bahwa secara budaya mereka telah dipersiapkan untuk
terlibat dalam urusan kemanusiaan secara global lewat praktik-praktik yang muncul
dalam kegiatan kebudayaan mereka.
Dengan demikian, acara inung waé kolang merupakan suatu aksi kepedulian
yang berlandaskan asas-asas solidaritas sesuai ajaran Kristiani. Masyarakat telah
menghidupi teladan solidaritas yang ditunjukkan Yesus pada dunia dengan
melibatkan diri dalam misi Allah yang peduli terhadap penderitaan hidup manusia.
Tanggapan masyarakat Kampung Pesek terhadap persoalan hidup sesamanya
merupakan tanggapan yang terlibat sebagai satu bentuk tanggapan manusia
terhadap Allah yang peduli terhadap penderitaan hidup manusia. Berdasarkan hasil
kajian ini, ditemukan beberapa rekomendasi penting bagi Gereja dan masyarakat
Kampung Pesek pada khususnya. Bagi Gereja terutama di wilayah Keuskupan
Ruteng, para agen pastoral mesti mendorong terbentuknya oganisasi sebentuk
inung waé kolang di paroki-paroki dalam upaya menjawabi tuntutan pastora