Abstract :
Penelitian ini dibuat dengan tujuan: pertama, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Kedua, menjelaskan Gereja Keuskupan Ruteng dan seluk beluk Gereja Keuskupan Ruteng; menggambarkan kiprah Gereja Keuskupan Ruteng dalam membebaskan kaum miskin; menjelaskan tentang kaum miskin dan segala aspek yang berkaitan dengan kaum miskin; dan menjelaskan upaya yang akan dilakukan Gereja Keuskupan Ruteng dalam membebaskan kaum miskin dari kemiskinan.
Penulis dalam menyelesaikan penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan yaitu analisis data sekunder. Dalam analisa data sekunder, penulis bertolak dari dokumen-dokumen, kamus dan ensiklopedi, buku-buku, artikel, jurnal, majalah, dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan tema ini. Selain itu, penulis juga menggunakan metode wawancara dengan informan kunci yakni RD. Robertus Pelita selaku ketua Komisi PSE Keuskupan Ruteng. Dari narasumber, penulis menggali informasi tentang peran yang telah dilakukan Gereja Keuskupan Ruteng dan program yang dicanangkan Gereja Keuskupan Ruteng dalam membebaskan kaum miskin.
Kemajuan yang dicapai manusia saat ini telah memudahkannya dalam memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Meski demikian, harus diakui bahwa kemajuan tersebut tidak dengan sendirinya menegasikan tantangan-tantangan yang timbul sebagai ekses dari kemajuan yang ada. Banyaknya masalah yang timbul saat ini menegaskan anggapan ini bahwa kemajuan dalam pelbagai bidang kehidupan khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi belum bisa mengatasi masalah yang dialami umat manusia. Salah satu masalah yang dialami umat manusia saat ini yang mewarnai perkembangan dunia adalah kemiskinan yang semakin meraja lela.
Kemiskinan sebagai tantangan global telah membuka mata semua orang bahwa kemajuan dalam pelbagai bidang kehidupan turut melahirkan kemiskinan di pihak lain. Masalah kemiskinan yang terjadi secara global juga turut dirasakan secara nyata oleh umat Keuskupan Ruteng. Kemiskinan yang dialami umat Keuskupan Ruteng terjadi dalam banyak dimensi kehidupan. Ada banyak umat Keuskupan Ruteng yang hidup di bawah garis kemiskinan, tidak terhitung dengan masyarakat yang hidup di sekitar garis kemiskinan. Kenyataan ini mau menggambarkan bahwa umat Keuskupan Ruteng masih berada dalam lingkaran kemiskinan.
Dalam sejarah perkembangannya, sejak tahun 1912 ketika Gereja Katolik masuk ke Manggarai, Gereja telah berperan dalam membangun kehidupan orang Manggarai dalam pelbagai dimensi kehidupan, bukan hanya dalam bidang rohani, tetapi dalam bidang lain juga menjadi fokus perhatian Gereja. Sejak kedatangannya hingga saat ini, Gereja telah berperan dalam beberapa bidang kehidupan umat, yakni dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, dan ekologi. Dalam bidang politik, Gereja Katolik Manggarai turut mengambil bagian dalam mendidik umat untuk berpartisipasi dalam bidang politik. Sedangkan dalam bidang ekonomi, Gereja Keuskupan Ruteng telah berperan penting dalam mengembangkan ekonomi umat seperti dalam sektor pertanian, perkebunan, peternakan, pertukangan, koperasi dan sektor kreatif lainnya. Selain itu, Gereja juga telah berjasa dalam mengembangkan pendidikan di Manggarai. Sejak awal kehadiran Gereja di Manggarai, telah didirikan sekolah pertama tahun 1911 di Reo dan Labuan Bajo. Dalam perkembangan selanjutnya Gereja juga mengembangkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Selain pendidikan formal, Gereja juga berjasa dalam mengembangkan pendidikan nonformal melalui penyelenggaraan kursus.
Selain itu, Gereja juga memiliki perhatian yang besar terhadap isu lingkungan hidup. Selama ini Gereja Keuskupan Ruteng telah aktif dalam rangka melestarikan lingkungan dengan mengadakan penghijauan di semua lahan milik Gereja. Gereja juga telah menjadi pelopor aksi penolakan terhadap operasi tambang di beberapa wilayah di Manggarai. Semua usaha yang dilakukan Gereja merupakan bentuk peran dalam membangun ekonomi umat. Gereja Kuskupan Ruteng telah berjuang membawa umat Keuskupan Ruteng untuk keluar dari keterbelakangan baik dari segi psikis maupun fisik.
Besarnya perhatian Gereja sejak masa lalu hingga sekarang dalam pembangunan hidup umat, khususnya dalam kesejahteraan ekonomi, tidak dengan sendirinya menghilangkan masalah kemiskinan. Angka kemiskinan di Keuskupan Ruteng yang mencakup tiga kabupaten masih terbilang tinggi. Hal ini mau menegaskan bahwa perjuangan Gereja dalam membebaskan kaum miskin belum berhasil sepenuhnya. Dengan demikian, realitas kemiskinan ini menjadi dorongan bagi Gereja Keuskupan Ruteng untuk menyatakan keberpihakannya terhadap kaum miskin. Misi yang diemban Gereja Keuskupan Ruteng dalam menghadapi realitas kemiskinan adalah dengan membebaskan kaum miskin.
Dasar perjuangan Gereja dalam membebaskan kaum miskin sudah tersurat dalam kitab suci dan ajaran sosial gereja. Dalam Perjanjian Lama Allah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Perhatian Allah terhadap bangsa Israel nyata ket