Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengenal masyarakat adat Nebe-Labolewa
(2) mengenal Ritus Kose dalam masyarakat Nebe-Labolewa (3) mengetahui ajaran
Gereja tentang inkulturasi liturgi Ekaristi (4) mengetahui kemungkinan Inkulturasi
Ritus Kose ke dalam Ekaristi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif deskriptif dan studi
kepustakaan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan observasi partisipatoris.
Berdasarkan hasil analisis penulis, disimpulkan bahwa 1) Ritus Kose dimaknai
sebagai perayaan syukur kepada Wujud Tertinggi (Gae Dewa) sebagai penjamin
kehidupan bagi masyarakat adat Nebe-Labolewa melalui hasil panen yang mereka
peroleh. 2) Perayaan Ekaristi dimaknai sebagai sumber dan puncak hidup dan
perutusan Gereja. 3) Inkulturasi dipandang sebagai upaya mentransformasikan nilainilai
kebudayaan ke dalam kekristenan dan sekaligus kekristenan ke dalam kebudayaan
sehingga mencapai tahap integrasi. Upaya inkulturasi Ritus Kose ke dalam perayaan
Ekaristi dapat terjadi karena keduanya memiliki beberapa kesamaan makna di
dalamnya.
Pelaksanaan Ritus Kose memiliki relevansinya bagi penghayatan iman umat
akan makna Ekaristi. Pertama, Ritus Kose mempersiapkan umat untuk menerima dan
menghayati makna Ekaristi secara sungguh-sungguh sebagai perayaan syukur kepada
Allah. Kedua, Ritus Kose mempersiapkan umat untuk menerima Kristus Roti Hidup
yang secara nyata hadir dalam rupa roti dan anggur dalam perayaan Ekaristi. Ketiga,
Ritus Kose menjadi sarana yang mampu menyadarkan orang Nebe-Labolewa bahwa
perayaan syukur yang paling sempurna dan yang paling agung adalah kurban syukur
Kristus dalam perayaan Ekaristi.