DETAIL DOCUMENT
Menelisik Martabat Kaum Perempuan di Desa Ilepadung dalam Terang Kisah Maria dan Marta (Lukas 10:38-42).
Total View This Week0
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
WEKING, Rafael Kewa
Subject
225 Perjanjian Baru 
Datestamp
2024-03-13 23:52:43 
Abstract :
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk (1) menjelaskan kepada masyarakat desa Ilepadung tentang kesetaraan peran dan kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam menemukan wujudnya sebagai yang sama tanpa harus membedakan satu sama lain, (2) mengkaji seluruh aspek penting tentang peran dan kedudukan perempuan yang sesungguhnya di tengah-tengah masyarakat,(3) mendeskripsikan relevansi peran Maria dan Marta dalam Injil Lukas 10:38-42 sebagai upaya mengangkat harkat dan martabat perempuan di desa Ilepadung. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan spesifikasi studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa, peran perempuan dalam masyarakat sering kali terbatas dan terpengaruh oleh budaya patriarki yang masih kuat, terutama di desa Ilepadung. Keterbatasan peran perempuan ini didasarkan pada anggapan yang mereduksi perempuan pada nilai angka dan harga belis semata. Identitas dan martabat luhur perempuan yang setara dengan laki-laki tergerus karena nilai belis yang sudah diberikan kepada perempuan. Namun belis bukanlah satu-satunya alasan hegemoni kaum laki-laki. Pandangan yang keliru tentang kedudukan perempuan serta pemberlakuan sistem kebudayaan yang hanya mengunggulkan laki-laki turut membuat perempuan teralienasi. Penulis melihat fakta ini sebagai situasi yang perlu dibenahi dengan tujuan menyetarakan kedudukan perempuan di samping laki-laki. Jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan belajar dari kisah Maria dan Marta dalam Injil Lukas 10:38-42. Keberanian Maria untuk duduk dekat kaki Yesus dan mendengarkan Tuhan dapat memberi inspirasi bagi perempuan di desa Ilepadung agar berani melibatkan diri dalam berbagai forum yang terjadi di sekitarnya. Sementara itu, teladan Marta dalam melayani Tuhan dapat dijadikan model bagi perempuan di desa Ilepadung untuk setia mengabdikan diri bagi kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Posisi perempuan sebagai pelayan sebetulnya tidak menunjukkan sisi lemah mereka. Sebaliknya, di dalam pelayanan itu, perempuan sedang mengabdikan dirinya bagi kehidupan semua orang. Di hadapan laki-laki yang merasa diri paling unggul, perempuan menyatakan dukungannya dengan mempersiapkan banyak hal yang dibutuhkan. Dengan sikap ini, perempuan tidak layak dijadikan pelengkap penyerta bagi laki-laki, tetapi sebaliknya harus kembali ditempatkan sebagai rekan secitra dan setujuan. Idealisme ini, bagi penulis, dapat diwujudkan oleh masyarakat Ilepadung yang sama-sama mencintai perempuan. 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO