Abstract :
INTISARI
Karla Nugraeni, Elara, 2014. MITOS TEMBANG DURMA
KUNTILANAK DALAM FILM HOROR KUNTILANAK. Tesis.
Film fiksi adalah media hiburan massa yang menciptakan
dunianya seperti dunia nyata, untuk membuat penonton
terimpresi. Seperti pada film Kuntilanak yang mengusung tembang
berbahasa Jawa sebagai perangkat cerita ke dalam realitasnya,
hingga mampu membuat tembang yang disebut dengan Durma
Kuntilanak masih terus disinggung hingga kini, bahkan dipercayai
kebenaran mitosnya sejak film Kuntilanak direlease tahun 2006
lalu. Penelitian ini merumuskan permasalahan yaitu: mengapa
film Kuntilanak menggunakan tembang Durma Kuntilanak?,
bagaimana tembang Durma Kuntilanak digambarkan di dalam
konstruksi cerita film Kuntilanak?, bagaimana makna audio-visual
yang menggambarkan tembang Durma Kuntilanak pada film
Kuntilanak?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang
berpijak pada paradigma semiotika film Christian Metz, untuk
menganalisis tanda dan mendapatkan makna audio visual yang
merepresentasikan tembang Durma Kuntilanak pada film
Kuntilanak. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami
proses penciptaan dan pengolahan gagasan yang menjadikan
tradisi sebagai realitas film.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: tembang Durma
Kuntilanak yang memuat mitos sebagai tembang pemanggil
kuntilanak adalah ciptaan Rizal Mantovani, bukan merupakan
tembang durma seperti pada macapat yang memiliki ciri-ciri
struktur baku. Mantovani hanya mengadopsi watak serta ekspresi
tembang durma macapat untuk dimanifestasikan ke dalam
karakter tokoh film Kuntilanak. Film ini menggunakan struktur
naratif dan pola adegan ?sebab-akibat? yang terus berulang, untuk
menggiring penonton memahami cerita, dan meyakini kebenaran
mitos tembang Durma Kuntilanak. Meskipun film ini menggunakan
beberapa gambar simbolis, gambar tersebut tetap diegesis dengan
?alam? film Kuntilanak dan maknanya menjadi denotatif dengan
cerita. Hal ini memberikan penjelasan bahwa film fiksi yang
menggunakan struktur naratif konvensional dan pola ?sebabakibat?
yang terus berulang, membuat tanda-tanda yang bersifat
konotatif menjadi tidak lagi arbitrer, sehingga cerita yang
ditekankan akan dipahami penonton sebagaimana mestinya.
Kata kunci: semiotika film, tembang Durma Kuntilanak, struktur
naratif film, film Kuntilanak.