Abstract :
Film dokumenter dengan mode penyampaian cerita secara puitik
merupakan alternatif baru dalam kaitannya dengan perkembangan
sinema dokumenter. Konstruksi filmis yang menghilangkan banyak
elemen mendasar dari dokumenter tradisional membuatnya memiliki
substansi khusus dalam tujuannya menarik atraksi dari penonton.
Meskipun film dokumenter puitik menggunakan metode penyampaian
cerita secara nonverbal, fungsi-fungsi yang dicapai sebagai sebuah film
dokumenter yang secara fundamental memiliki kaitan erat dengan
aktualitas, tetap dapat dinilai. Penelitian ini menggunakan film
dokumenter puitik Samsara sebagai objek kajian utama. Pendekatan teori
yang digunakan adalah teori puitik milik Bill Nichols tentang tujuh
elemen dasar yang menjadikannya sebagai sebuah film dokumenter yang
puitik yaitu juxtapositions, presenting pattern through loss of associaton
(picture), non verbal speech, special meaning to special response, the absence of
cause and effect, ambiguity between fragments dan rhythm. Teori selanjutnya
dikemukakan oleh Michael Rabiger mengenai sembilan fungsi
dokumenter dimana semua itu diungkapkan melalui bahasa visual.
Bahasa visual yang menjadi tindak tutur utama film dokumenter puitik
dimaksudkan untuk menyampaikan informasi, argumen atau sudut
pandang, yang didukung oleh keutamaan pada asosiasi atau ritme
daripada keutuhan cerita yang berdasar pada satu karakter, dan tentunya
dikemas dengan menggunakan wujud ilustrasi yang puitik.