Abstract :
Seiring berjalannya pembangunan ibu kota, masyarakat Betawi dan
kebudayaannya telah menghadapi berbagai tantangan terkait identitas dan
eksistensi sebagai ?penduduk asli?. Kondisi tersebut membawa banyak
pengaruh pada kondisi kesenian tradisi pun semakin tidak lagi hidup dan
berkembang, salah satunya adalah Gambang Kromong. Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dengan berbagai kepentingan lainnya, kemudian
melakukan pelestarian budaya melalui lembaga Pusat Pelatihan Seni
Budaya (PPSB). Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana Program
Pelatihan Gambang Kromong yang diselenggarakan oleh PPSB, melalui
metode etnografi yang dilakukan sejak tahun 2018, kemudian dengan
teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka
terkait objek penelitian. Hasil data yang terkumpul kemudian dianalisis
melalui sudut pandang teori reproduksi budaya dan teori hegemoni.
Program Pelatihan Gambang Kromong PPSB dalam periode 2016-2019
telah berhasil membentuk sistem reproduksi budaya yang ideal. Tahapan
program tersebut telah cukup banyak mencakup aspek dan berbagai faktor
yang turut mendukung suatu upaya reproduksi budaya, khususnya bagi
kesenian tradisi Gambang Kromong di DKI Jakarta. Sayangnya program ini
harus terhenti karena kebijakan yang memaksakan restrukturisasi. Peran
PPSB yang merupakan bagian dari political society sayangnya harus kalah
dalam permainan hegemoni lembaga di atasnya, dan hal ini pun
berdampak terhadap civil society yang mencakup sanggar kesenian,
sekolah, pelaku seni tradisi, hingga masyarakat Betawi secara umum.
Kebijakan yang menunjukan tidak konsistennya pemerintah dalam
melakukan pelestarian dan reproduksi budaya, akhirnya menambah
pertanyaan dalam kaitan program kebudayaan terhadap kepentingan
institusi semata.
Kata kunci: Peran, Gambang Kromong, Program Pelatihan, PPSB