DETAIL DOCUMENT
KONTESTASI VISUAL BRANDING ETIKET BATIK LAWEYAN SURAKARTA PERIODE TAHUN 1930 – 2020
Total View This Week0
Institusion
Institut Seni Indonesia Surakarta
Author
Sayekti, Pranti
Subject
Penciptaan dan Pengkajian Seni 
Datestamp
2024-06-12 04:17:01 
Abstract :
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengungkap eksistensi visual branding etiket batik ditinjau dari aspek sosio historis dan desain (bentuk, fungsi, makna). Penelitian ini bertujuan mengungkap faktor-faktor penyebab terjadinya kontestasi dan pola-pola kontestasi selama perkembangan visual branding etiket serta implikasi kontestasi dari tahun 1930 hingga tahun 2020. Metode pengumpulan data menggunakan teknik studi dokumen, observasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan teknik interaksi analisis data kualitatif dengan pendekatan teori Clifford Geertz yang berkaitan dengan karakteristik sosial budaya, kontestasi visual branding menggunakan interaksi analisis data kualitatif dengan pendekatan teori praktik Bourdieu serta interpretasi analisis dengan pendekatan kuasa simbolik Boudieu yang berkaitan dengan pola-pola kontestasi. Hasil penelitian ditemukan: 1) Masyarakat Laweyan merupakan masyarakat yang mandiri, berada di tengah-tengah masyarakat feodal, teralienasi (terasing) dari segi jenis pekerjaan, bersifat tertutup dan lebih cenderung sebagai kampung dagang. Eksistensi Visual branding etiket batik muncul sebagai salah satu alat kontestasi dalam melawan dominasi perdagangan batik oleh orangorang Tionghoa. Etiket marak digunakan dipicu oleh tidak lagi adanya lisensi dari Cina dan keinginan orang-orang pribumi untuk menjual sendiri produknya. Seiring maraknya produktivitas etiket juga dipicu oleh maraknya produktivitas batik cap dengan menggunakan pewarna kimiawi yang diproduksi oleh orang-orang Tionghoa yang berdampak pada produksi masal batik; 2) visual branding etiket batik Laweyan berkedudukan sebagai identitas visual untuk berkontestasi dalam arena perbatikan baik secara head to head maupun kolektif; 3) kecenderungan persamaan terjadi baik dalam bentuk, atikulasi visual, maupun struktur visual yang berimplikasi pada kontestasi. Kontestasi terjadi secara samarsamar (tidak secara terang-terangan) melalui simbol-simbol yang ditampilkan pada etiket; 4) Pola-pola kontestasi memiliki karakteristik pada setiap periode karena terjadi pergeseran-pergeseran cara berpikir para agen, semula menempatkan konsep estetika Jawa sebagai pertimbangan utama dalam penciptaan etiket beralih pada cara berpikir yang lebih prakmatis dengan mengutamakan konsep marketing. 
Institution Info

Institut Seni Indonesia Surakarta