Abstract :
Penelitian ini mencoba menelaah mengenai latar belakang
pemunculan, bentuk dan faktor-faktor penyebab perubahan
pada upacara Dugder di Semarang.
Upacara Dugder merupakan bentuk upacara yang bernafaskan
Islam dan dilakukan setiap tahun untuk menetapkan awal
Ramadhan. Upacara Dugder mulai dilaksanakan di Semarang
sejak tahun 1881, sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat Semarang.
Dalam upacara tersebut didalamnya terdapat arak-arakan
Warak Ngendog dan diikuti kesenian khas Semarang. Latar
belakang pemunculan upacara Dugder berawal dari adanya
perbedaan pendapat umat Islam dalam menentukan awal
dimulainya puasa Ramadhan. Pada tahun 1881 RMTA Purbaningrat yang pada waktu itu menjabat sebagai Kanjeng
Bupati Semarang bersama para ulama membahas dan kemudian
menetapkan upacara Dugder sebagai tanda awal puasa
Ramadhan dengan ditandai ditabuhnya Bedug di Masjid Besar
Kauman dan tembakan Meriam di halaman Kanjengan. Berasal
dari bunyi Bedug "dug" dan bunyi tembakan Meriam "der" inilah yang kemudian dikenal dengan Dugder.
Perkembangan selanjutnya upacara Dugder bukan hanya prosesi
arak-arakan Warak Ngendog dan berbagai bentuk kesenian khas
Semarang akan tetapi perkembangan itu sudah menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat Semarang diantaranya
apek ekonomi, pariwisata dan upaya pelestarian budaya.
Latar belakang pemunculan serta perkembangannya menjadi
sisi yang menarik sehingga penelitian ini dilakukan. Untuk
dapat menjelaskan permasalahan tersebut dilakukan penelitian dengan menggunakan sumber tertulis maupun lisan
khususnya dari pe1aku budaya serta pengamatan.
Pembahasannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis
dengan meminjam beberapa teori dari Antropologi, Sejarah,
Sosial dan Seni.
Hasil penelitian menunjukkan latar belakang dan kondisi
masyarakat yang heterogen telah memungkinkan timbulnya perubahan pada bentuk upacara Dugder. Dalam perkembangannya
upacara Dugder mengalami beberapa perubahan diantaranya Warak Ngendog. Warak Ngendog sebagai wujud dan hasil akulturasi kebudayaan masyarakat Semarang, keberadaannya
dapat diterima dan diakui sebagai milik bersama.
Perkembangan yang menyebabkan terjadinya perubahan pada bentuk upacara seiring perubahan yang terjadi pada masyarakat pendukungnya. Warak Ngendog kemudian menjadi
pelengkap upacara yang selankjutnya berfungsi
sebagai hiburan. Namun demikian adanya perkembangan upacara
Dugder tidak lepas dari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya taraf hidup, kontak dengan kebudayaan lain,
kekuatan politik dan upaya pemeliharaan kebudayaan dan kreativitas pendukung kesenian. Diantara faktor-faktor tersebut tampak bahwa faktor kekuatan politik sangat
menentukan perubahan dan perkembangan bentuk upacara Dugder.