Abstract :
Penelitian ini menggunakan limbah serbuk kayu dari meranti kuning
(Shorea Macrobalanos) yang merupakan kayu khas kalimantan yang memiliki
kandungan lignoselulosa yaitu lignin 38,18%, selulosa 40,33% dan hemiselulosa
26,03%. Kandungan lignoselulosa meranti kuning yang cukup tinggi kemudian
dapat dilakukan ekstraksi selulosa untuk mendapatkan selulosa yang lebih murni.
Metode yang digunakan pada ekstraksi selulosa ialah menggunakan larutan NaOH
dengan konsentrasi 17,5% dengan perbandingan rasio 1:100 selama 20 menit, 40
menit dan 60 menit. Pengujian yang digunakan pada penelitian ini ialah kadar air
meranti kuning, Fourier Transform Infrared (FTIR), Chesson Datta dan Scanning
Electron Microscope (SEM). Kandungan kadar air yang terkandung pada serbuk
meranti kuning yaitu 19,76% . Pengujian FTIR digunakan untuk mengetahui
kandungan lignoselulosa yaitu lignin yang memiliki gugus O-H, C=C Cincin
aromatik, , selulosa gugus O-H, gugus C-O-C, dan C=C Alkana, serta
hemiselulosa yaitu C=C Aromatik. Pengujian Chesson datta digunakan untuk
mengetahui hasil kandungan lignoselulosa secara kuantitatif yang didapatkan hasil
selulosa yang semakin meningkat yaitu tanpa perlakuan, 20 menit, 40 menit dan
60 menit secara berturut turut yaitu 29%, 45% , 47% dan 53%. Hasil hemiselulosa
mengalami penurunan yaitu 37%, 29% 23% dan 20% sedangkan kandungan
lignin mengalami kenaikan kandungan yaitu 8%, 9%, 10% dan 10%. Pengujian
SEM terhadap serbuk meranti kuning yaitu semakin meningkatnya waktu
alkalisasi maka menyebabkan permukaan serbuk meranti semakin tidak rapat
akibat degradasi lignin dan membuka permukaan serbuk meranti kuning. Hasil
paling optimal yaitu pada perlakuan alkalisasi selama 60 menit dengan kandungan
selulosa 53%, hemiselulosa 20% dan lignin 10% serta pada hasil SEM memiliki
permukaan yang tidak rapat dikarenakan lignin yang larut pada saat proses
alkalisasi semakin banyak seiring meningkatnya waktu alkalisasi.