DETAIL DOCUMENT
Analisis Kesesuaian Lahan untuk Pemukiman, Industri, dan Mangrove dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo)
Total View This Week0
Institusion
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Author
Ilma'nunah, Luluk
Subject
G70.212 ArcGIS. Geographic information systems. 
Datestamp
2023-07-30 13:45:21 
Abstract :
Menurut data BPS, Kota Probolinggo memiliki kepadatan penduduk sebesar 4257 , dimana untuk kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Mayangan dengan kepadatan sebesar 7127 (Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo, 2022). Kecamatan Mayangan sebagai salah satu kecamatan dengan kepadatan penduduk dan luas pemukiman tertinggi memiliki lahan terbangun lebih besar dibandingkan luas lahan tidak terbangun, yang mana didominasi oleh sektor sekunder (Bappedalitbang Kota Probolinggo, 2021). Laju kepadatan penduduk yang semakin meningkat turut memengaruhi alih fungsi lahan, seperti permukiman dan industri. Alih fungsi lahan ini menjadi urgensi, mengingat Kecamatan Mayangan berada di area pantai, sehingga akan berpengaruh juga dengan persebaran mangrove. Analisis kesesuaian lahan dapat menjadi alternatif untuk mengatasi alih fungsi lahan, yang mana dapat dilakukan melalui sistem informasi geografis (SIG), salah satunya dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan prioritas kesesuaian lokasi. Berdasarkan hasil pengolahan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk kesesuaian lahan pada kawasan permukiman, industri, dan mangrove diperoleh bobot untuk kriteria parameter fisik sebesar 0,595 dan pada kriteria aksesibilitas sebesar 0,405 dengan nilai Consistency Ratio (CR) sebesar 0,02. Untuk kriteria parameter fisik, diperoleh bobot pada sub-kriteria kemiringan lereng sebesar 0,234, sub-kriteria jenis tanah sebesar 0,242, dan sub-kriteria kerawanan banjir sebesar 0,524. Untuk kriteria aksesibilitas, diperoleh bobot pada sub-kriteria jarak dari garis pantai sebesar 0,350, sub-kriteria jarak dari sungai sebesar 0,292, dan sub-kriteria jarak dari jalan utama sebesar 0,358. Selanjutnya, tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman, industri, dan mangrove memiliki 5 tingkat, yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), cukup sesuai (S3), tidak sesuai (N1), dan sangat tidak sesuai (N2). Selain itu, urutan prioritas pengembangan berdasarkan hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) dari yang paling diprioritaskan, yaitu Kelurahan Mayangan dengan bobot sebesar 0,267, Kelurahan Wiroborang dengan bobot 0,205, Kelurahan Mangunharjo dengan bobot 0,193, Kelurahan Sukabumi dengan bobot 0,183, Kelurahan Jati dengan bobot 0,153. Kemudian, untuk prioritas lokasi pengembangan yang dijadikan analisis adalah dari hasil pengolahan yang bernilai sesuai (S). Didapatkan penggunaan eksisting permukiman pada tingkat sangat sesuai (S1) sebesar 35,794 ha, pada tingkat sesuai (S2) sebesar 148,443 ha, dan pada tingkat cukup sesuai (S3) sebesar 32,341 ha. Penggunaan eksisting industri pada tingkat sangat sesuai (S1) sebesar 2,392 ha, pada tingkat sesuai (S2) sebesar 17,636 ha, dan pada tingkat cukup sesuai (S3) sebesar 16,699 ha. Penggunaan eksisting mangrove pada tingkat sesuai (S2) sebesar 1,97 ha dan pada cukup sesuai (S3) sebesar 22,459 ha. ===================================================================================================================================== According to the data from the BPS, Probolinggo City has a population density of 4257 people/km², with the highest density found in Mayangan District at 7127 people/km² (Badan Pusat Statistik, 2022). Mayangan District, as one of the districts with the highest population density and settlement area, has a larger built-up area than the non-built-up area, predominantly in the secondary sector (Bappedalitbang Kota Probolinggo, 2021). The increasing population density also affects land use changes, such as for settlements and industries. Because Mayangan District is located in a coastal area, it will also have an impact on the distribution of mangroves. Land suitability analysis can be an alternative to address land use changes, which can be use geographic information systems (GIS) method, including using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method to determine location suitability priorities. Based on the results of the Analytical Hierarchy Process (AHP) analysis, the weight for the physical parameter criteria is 0.595 and for the accessibility criteria is 0.405, with a Consistency Ratio (CR) value of 0.02. For the physical parameter criteria, the weights are obtained for the sub-criteria of slope inclination at 0.234, soil type at 0.242, and flood vulnerability at 0.524. For the accessibility criteria, the weights are obtained for the sub-criteria of distance from the coastline at 0.350, distance from the river at 0.292, and distance from the main road at 0.358. Furthermore, the land suitability levels for settlements, industries, and mangroves are categorized into 5 levels: highly suitable (S1), suitable (S2), moderately suitable (S3), unsuitable (N1), and highly unsuitable (N2). In addition, the priority order of development based on the Analytical Hierarchy Process (AHP) results, from the highest priority, is as follows: Mayangan Sub-district with a weight of 0.267, Wiroborang Sub-district with a weight of 0.205, Mangunharjo Sub-district with a weight of 0.193,  
Institution Info

Institut Teknologi Sepuluh Nopember