DETAIL DOCUMENT
Solidifikasi/Stabilisasi Terak Untuk Konsutruksi Material
Total View This Week0
Institusion
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Author
Putri, Salsabila Thanesya
Subject
TD427.P62 Microplastics--Environmental aspects. 
Datestamp
2023-08-03 04:11:05 
Abstract :
Mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang adalah teknik penting untuk manajemen HW. Ini menjadi signifikan untuk meningkatkan kondisi lingkungan industri. Industri baja terintegrasi menghasilkan terak besar dengan memisahkan kotoran dari baja cair di tanur sembur. Mengikuti peraturan baru tersebut, Lampiran XIV Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Terak "Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup" dianggap non-HW. Beton, konstruksi jalan, dan proyek teknik sipil lainnya memanfaatkan terak sebagai bahan baku. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik logam berat: terak aluminium, tembaga, dan baja untuk menentukan komposisi terak yang optimal sebagai bahan konstruksi. Tahapan penelitian meliputi: studi pustaka, penyusunan bahan, dan analisis karakteristik terak dengan Difraksi X-Ray. Selanjutnya telah dibuat benda uji kubus dengan ukuran 50mm x 50mm x 50mm dengan variasi terak aluminium sebesar 5%, 7,5%, 10%, dan 20% serta terak baja sebesar 10%, 20%, 30%, dan 40% sebagai pengganti agregat mortar yang digunakan untuk merencanakan kuat tekan beton yang optimal. Pengujian kuat tekan beton dilakukan, dilanjutkan dengan pengujian TCLP dengan mortar dengan kuat tekan paling optimal. Sampel slag aluminium diperoleh dari PT Meshindo Alloy Wheel, dan slag baja dari PT Jatim Taman Steel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik terak aluminium dan baja telah memenuhi standar, memiliki modulus kehalusan 2,98 dan 2,86. Sementara itu, terak tembaga tidak dapat dimasukkan dalam percobaan analisis modulus kehalusan karena bentuk fisiknya lunak seperti lendir dan mengandung pelumas minyak. Unsur logam yang diperoleh mengandung 37,54% Al, 7,89% Na, 5,26% Cl, 3,04% Mg, dan 2,94% Si berdasarkan massa dalam terak aluminium, unsur logam 42,8% Fe, 35,7% Ca, 10,8% Mn, 4,6% Si dan 2,06% Cr berdasarkan massa dalam terak baja, dan unsur logam 98,24% Cu, 0,26% Ca, 0,23% K, 0,7% Zr dan 0,2% P berdasarkan massa dalam terak tembaga. Mortar dengan substitusi terak aluminium 5% memiliki kuat tekan tertinggi, diikuti 7,5% dan 10% yang tergolong kategori bata ringan kelas 4menurut SNI. Pada 30% substitusi terak baja dalam mortar menghasilkan kuat tekan yang tinggi, diikuti oleh 10%, 20%, dan 40%, yang juga relatif tinggi untuk kategori bata ringan kelas 4, menurut SNI. Hasil uji TCLP untuk mortar terak aluminium dan mortar terak baja menunjukkan bahwa mereka memenuhi standar kualitas. Terak aluminium dan baja tidak memiliki konsentrasi logam berat yang lebih kecil dari atau sama dengan konsentrasi logam berat di kolom TCLP-A dan tidak memiliki konsentrasi logam berat lebih besar daripada yang ada di kolom TCLP-B. Terak tembaga tidak dapat digunakan sebagai pengganti agregat dalam mortar, tetapi ada alternatif lain untuk pemulihan Cu menggunakan metode pencucian H2SO4. ======================================================================================================================================= Reducing, reusing, and recycling are essential techniques for HW management. These become significant for improving the environmental conditions of industries. Integrated steel industries generated vast slag by separating impurities from molten steel in blast furnaces. Following the new regulation, Appendix XIV of Governmental Regulation No. 22 Year 2021 concerning the "Implementation of Environmental Protection and Management" slag is considered non-HW. Concrete, road construction, and other civil engineering projects utilize slag as a raw material. Therefore, this research aimed to determine the characteristics of heavy metals: aluminum, copper, and steel slag to determine the optimum composition of slags as construction material. The stages of the research included: literature study, preparation of materials, and analysis of the characteristics of slag with X-Ray Diffraction. Furthermore, a cube test object with a size of 50mm x 50mm x 50mm has been made with variations of aluminum slag of 5%, 7.5%, 10%, and 20% and steel slag of 10%, 20%, 30%, and 40% as a substitute for mortar aggregate used to plan the optimum compressive strength of concrete. Concrete compressive strength testing was carried out, followed by TCLP testing by mortar with the most optimum compressive strength. Aluminum slag samples were obtained from PT Meshindo Alloy Wheel, and steel slag from PT Jatim Taman Steel. The results indicated that the characteristics of aluminum and steel slags have met the standards, having a fineness modulus of 2.98 and 2.86. Meanwhile, copper slag cannot be included in the fineness modulus analysis experiment because its physical form is soft like slime and contain oil lubricant. Obtained metal elements contain 37.54% Al, 7.89% Na, 5.26% Cl, 3.04% Mg, and 2.94% Si by mass in aluminum slag, metal elements 42.8% Fe, 35.7% Ca, 10.8% Mn, 4.6% Si and 2.06% Cr by mass in steel slag, and metal elements 98.24% Cu, 0.26% Ca, 0.23% K, 0.7% Zr and 0.2% P by mass in copper sl 
Institution Info

Institut Teknologi Sepuluh Nopember