Abstract :
Asuhan Kebidanan dilakukan pada Ny ?K? dengan usia 20 tahun pada
kehamilan pertamanya, dimana kehamilan Ny?K? ini termasuk ke dalam
kehamilan resiko tiggi dengan total Skor Poedji Rochyati 6. Pada kehamilan
dengan kasus hipertensi memiliki resiko terjadinya komplikasi pada masa
kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir sehingga untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi lebih lanjut, maka diperlukan asuhan kebidanan
komprehensif secara continuty of care (COC) yang diberikan asuhan secara
langsung pada ibu hamil mulai dari Trimester III sampai dengan perencanaan
alat kontrasepsi sehingga bisa mencegah komplikasi, meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan bayinya dengan menggunkan asuhan kebidanan yang
dilakukan melalui pendekatan kepada pasien secara langsung.
Perencanaan asuhan dibuat sesuai dengan kebutuhan pasien dan dilakukan kunjungan pada waktu hamil sebayak 1 kali, pendamping persalinan 1
kali, kunjungan nifas sebanyak 3 kali mencakup kunjungan neonatus 3 kali dan
kunjungan keluarga berencana. Asuhan yang diberikan pada kehamilan trimester
III yaitu ibu tidak ada keluhan namun dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 150/90 mmHg, serta pemeriksaan penunjang didapatkan protein
urine negataif (-). Berdasarkan peneliti bahawa Ny?K? memiliki penyakit
hipertensi sebelum hamil dapat keturuanan dari ibu. Tekanan darah dari Ny?K?
sebagai peningkatan tekanan sistolik dan diastolik sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan kenaikan nilai tekanan sistolik
sebesar 30 mmHg, sehingga asuahan yang diberikan yaitu. Anjurkan cukup
istirahat dengan miring kiri, Hindari konsumsi garam berlebihan, hindari kafein,
diet makanan yang sehat dan seimbang, diberi terapi Nifedipine 1 x 1 diminum
pagi dan tablet Fe 1 x 1 diminum malam hari. Sehingga peneliti memberikan
konseling KB (memberikan KIE tentang manfaat , kelebihan dan kelemahan dari kontrasepsi Jangka Panjang misalnya IUD/AKDR), dan melakukan kalaborasi
dengan dokter Sp.OG berkaitan dengan resiko tinggi kehamilan ibu.
Pada saat persalinan, proses persalinan normal namun tindakannya
dilakukan oleh Bidan dipantau oleh Dokter Sp.OG. Kemudian segera dilakukan
penelitian awal, apgar score, pemeriksaaan antropometri pada bayi baru lahir
kemudian melakukan observasi pada bayi dan ibu sampai dengan 2 jam post
partum.
Pada masa nifas dilakukan kunjungan sebanyak 3 kali, dan dalam
melakukan kunjungan nifas peneliti juga melakukan pemeiksaan pada ibu nifas
yaitu pemeriksaan umum (keadaan umum dan TTV ), pemeriksaan fisik , ASI
keluar lancar atau tidak, involusi uteri, Kontraksi uterus, Kandug kemih, dan
Perdarahan. Sedangkan asuhan untuk kunjungan Neonarus I yaitu melakukan
pemeriksaan dan menjaga bayi agar tetap hangat (mencegah hipotermia).
Kunjungan Nifas II peneliti melakukan pemeriksaan umum (keadaan umum dan
TTV) pada ibu, tanyakan ASI lanacar atau tidak dan pemeriksaan ada jahitan
perineum atau tidak, TFU, Kontraksi Uterus dan lochea. Asuhan kunjungan neonatus II yaitu dilakukan peemriksaan umum (keadaan umum dan TTV), dan
keadaan tali pusat , trdapat tanda-tanda infeksi atau tidak, mengingatkan ibu tiap
pagi untuk dijemur. Kunjungan Nifas III, peneliti asuhan pada ibu yaitu
pemeriksaan umum kepada ibu, TTV dan memastikan masa nifas berjalan
dengan baik sedangkan untuk kunjungan Neonatus III yaitu memeriksa keadaan
umum bayi, kaji tanda bahaya bayi baru lahir, memastikan bayi mendapat cukup
nutrisi dengan mengingatkan ibu untuk menyusui tiap 2 jam sekali dan jadwal
imunisasi bayi.
Pada Keluarga berencana ibu sudah memilih untuk menggunakan kontrasepesi KB suntik 3 bulan, namun pada ibu dengan Resiko tinggi ibu tidak
diperbolehkan untuk menggunakan KB Non Hormonal sehingga peneliti tidak
melakukan asuhan secara continuity of care. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan
bahwa terjadi kesenjangan antara teori dan praktek dikarenakan waktu penelitin
yang singkat dan masa nifas ibu yang belum selesai serta ibu memilih alat
kontrasepsi yang tidak sesuai dengan anjuran.