Abstract :
People with hearing impairment are people who have impaired hearing
organs, resulting in an inability to hear. This inability to hear is often the main
problem of deaf people in communicating with people around them. For students
with hearing impairment this hearing disability can make it difficult to follow and
accept learning material. Therefore, an active role of persons with hearing
impairment is needed in establishing appropriate communication patterns with their
peers in addition to mingling with other fellow students as well as helping them
understand learning material.
This research uses a qualitative approach. The paradigm used is
constructivism. In this study, the researcher determined the key informant who was
a deaf student named Asep Nur Jamil, while the other informant was a key friend
of the key informant who had been a classmate since the beginning of the lecture.
The results of this study indicate that people with hearing impairment are
able to build verbal and nonverbal communication patterns with their peers. Verbal
communication that was built by the key informant and his colleagues was to make
use of mobile phones using the features of the mobile phone itself and to use i-chat
and instant transcription applications. Nonverbal communication that was built by
key informants with his colleagues was to use Indonesian sign language (bisindo).
Application i-chat and instant transcription is an application that can make it easier
for users to communicate with people with hearing impairment. Supporting
technological advancements helps the deaf to interact more actively with others.
Keywords: Communication Pattern, deaf
Penyandang tunarungu adalah orang yang memiliki gangguan pada organ
pendengarannya, sehingga mengakibatkan ketidakmampuan untuk mendengar.
Ketidakmampuan untuk mendengar inilah yang seringkali menjadi masalah utama
penyandang tunarungu dalam melakukan komunikasi dengan orang-orang
disekitarnya. Bagi mahasiswa penyandang tunarungu ketidakmampuan mendengar
ini dapat membuatnya kesulitan mengikuti dan menerima materi pembelajaran.
Oleh sebab itu, diperlukan peran aktif penyandang tunarungu dalam membangun
pola komunikasi yang tepat dengan rekan-rekannya selain untuk berbaur dengan
rekan mahasiswa lainnya juga untuk membantunya memahami materi
pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Paradigma yang
digunakan adalah konstruktivisme. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan key
informan yang merupakan mahasiswa penyandang tunarungu bernama Asep Nur
Jamil, sedangkan untuk informan lainnya merupakan teman dekat key informan
yang telah menjadi rekan sekelas sejak awal masa perkuliahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyandang tunarungu mampu
membangun pola komunikasi verbal dan nonverbal dengan rekan-rekannya.
Komunikasi verbal yang dibangun key informan dan rekan-rekannya adalah dengan
memanfaatkan telepon genggam dengan menggunakan fitur yang ada di telepon
genggam itu sendiri dan memanfaatkan aplikasi i-chat dan transkripsi instan.
Komunikasi nonverbal yang dibangun key informan dengan rekan-rekannya adalah
dengan menggunakan bahasa isyarat Indonesia (bisindo). Aplikasi i-chat dan
transkripsi instant merupakan aplikasi yang dapat memudahkan penggunanya
berkomunikasi dengan penyandang tunarungu. Dukungan kemajuan teknologi
membantu penyandang tunarungu untuk dapat berinteraksi lebih aktif dengan orang
lain.
Kata Kunci : Pola Komunikasi, penyandang tunarungu,