DETAIL DOCUMENT
KAJI EKSPERIMENTAL MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT DAUN NANAS PADA PENGUJIAN BALISTIK
Total View This Week0
Institusion
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Author
Galindra Mutiara Rahmatullah, Galin
Subject
TS Manufactures 
Datestamp
2021-10-05 05:14:30 
Abstract :
Komposit merupakan material yang terbuat dari dua atau lebih material yang berbeda. Tujuan dari penggunaan komposit adalah untuk mendapatkan sifat mekanik yang lebih baik dibandingkan material penyusunnya. Pada penelitian ini digunakan komposit partikel yang tersusun epoxy dengan penguat berupa hollow glass microsphere dan serat nanas. Rompi anti peluru berfungsi sebagai peredam energi impak yang berasal dari tembakan proyektil. Pembuatan rompi anti peluru yang ringan dan dapat menyerap energi impak dengan baik sangat diharapkan, hal ini untuk menunjang mobilitas dan keselamatan penggunanya. Pada penelitian ini dilakukan analisis rompi anti peluru yang terbuat dari komposit epoxy dengan penguat hollow glass microsphere dan serat nanas melalui simulasi dengan metode finite element. Simulasi dilakukan sesuai dengan national institute of justice standard 0101.06 U.S. Department Of Justice, dimana kecepatan awal peluru sebesar 365 m/s untuk kategori body vest IIA dan energi kinetik dari peluru sebesar 847,98 Joule. Simulasi dilakukan dengan memvariasikan ketebalan rompi anti peluru hingga didapatkan ketebalan optimal. Kemudian dilakukan eksperimental dengan ukuran 10 mm, 15 mm dan 20 mm. Pada hasil pengujian simulasi dengan ketebalan 10 mm, 15 mm dan 20 mm didapatkan nilai energi kinetik rompi berturut-turut 195,94 Joule, 168,31 Joule dan 110,59 Joule. Menurut General Julian S. Hatcher, a U.S. Army ordnance expert, energi tidak boleh ?170 joule karena dapat menyebabkan kelumpuhan pada manusia. Dapat dikatakan bahwa hasil simulasi nilai energi kinetik pada ketebalan 15 mm dan 20 mm masih memenuhi syarat karena energi yang diterima tidak melebihi 170 joule, namun pada hasil pengujian eksperimen didapatkan bahwa spesimen dengan ketebalan 10 mm, 15 mm dan 20 mm dapat tertembus proyektil dengan nilai kedalaman kerusakan setelah menembus spesimen berturut-turut yaitu 58 mm, 10 mm dan 4 mm. Hal ini dapat disimpulkan bahwa spesimen tidak aman digunakan karena menurut standar NIJ 0101.06, kriteria kegagalan rompi anti peluru dari aspek penetrasi ialah penetrasi tidak boleh melebihi dari tebal rompi atau dapat dikatakan tidak boleh tembus. 
Institution Info

Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung