Abstract :
Secara umum penderita benigna prostat hiperlasia selalu mengalami peningkatan
dari tahun ketahun sebagian besar yang disebabkan karena faktor usia lebih dari 50
tahun, menurut beberapa ahli. Sedangkan risiko yang dapat timbul dari bph yaitu
retensi urin, nyeri akut dan ansitas. Penyakit bph pada tahun 2019 sebanyak 39
pasien. Di Ruang Bedah RSD Mayjend HM Ryacudu dari sepuluh penyakit terbesar
di tiga bulan pertama pada tahun 2017-2019.
Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
asuhan keperawatan dengan perioperatif bph secara komprehensif dan berdasarkan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Nursing Outcome Classification
(NOC), Nursing Intervention Classification (NIC). Dengan pendekatan proses keperawatan ditahapan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
Hasil pengkajian pada kasus perioperatif bph didapatkan data-data nyeri saat berkemih, sulit berkemih, sehingga merujuk pada beberapa diagnose keperawatan diantaranya retensi urin, nyeri akut, dan asietas, yang dapat dilakukan perencanaan dan tindakan keperawatan seperti diantaranya NOC: eliminasi urin, kontrol nyeri dan tingkat kecemasan dan NIC: perawatan selang perkemihan, irigasi kandung kemih,
manajemen pengobatan, manajemen nyeri, pemberian analgesik, pengurangan kecemasan, koordinasi preoperatif, pengajaran perioperatif, persiapan pembedahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, evaluasi masalah retensi urin sebagian teratasi, diagnosa nyeri akut belum teratasi dan ansietas sudah teratasi.
Simpulan dari tugas akhir ini tidak semua teori sama dengan proses keperawatan
kasus BPH yang sesuai dengan kondisi klien pada kenyataanya. Saran hendaknya
dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dan meningkatkan jumlah referensi
buku edisi terbaru tentang BPH.
Kata kunci : asuhan keperawatan, BPH, kebutuhan gangguan eliminasi urin
Sumber bacaan : 17 (2000-2019).